TULUNGAGUNG – Ingin lebih dekat dengan sang ibu, Sigit Wahyudi memilih pulang kampung setelah lama tinggal di Surabaya. Sempat membuka usaha coffee shop karena melihat potensi pasar di Tulungagung yang warganya dikenal suka ngopi dan juga terkenal sebagai Kota Kopi.
Namun usaha tersebut belum membawa hoki untuk Sigit. Minggu demi minggu usaha coffee shop-nya terus sepi. Sampai akhirnya, alumnus Pelatnas Badminton Cipayung tahun 2003 ini memutuskan untuk menutupnya.
Tidak menunggu lama, Sigit mempunyai ide untuk menjadi pelopor sarapan di Kota Marmer. Awalnya dibuka dengan meja seadanya juga peralatan yang begitu sederhana, karena modal dana terbatas.
Berjalan beberapa bulan, alumnus Universitas WR Supratman Surabaya ini mulai menemukan pasar. Pelan-pelan, dengan semangat dan kegigihannya, usahanya pun kian laris. “Kini mempunyai empat cabang lapak di Tulungagung dengan total karyawan sebanyak 13 orang,” terang owner Nasi Uduk Bang Jenggot Tulungagung.
Menurut pria 38 tahun ini, kunci untuk menjadi pelopor nasi uduk ialah tampil beda dengan usaha nasi lainnya, mulai dari kemasan, rasa, dan tentu harganya yang sangat terjangkau. “Saya akan terus mengembangkan usaha nasi uduk ini, dan ingin menambah lapak lagi. Permintaan membuka cabang di luar kota sangat banyak, kita tim sedang memikirkan untuk itu ke depannya,” ucapnya. (bim/c1/din/dfs)