KOTA BLITAR – Teknologi yang terus berkembang membuat kreativitas anak muda semakin beragam. Seperti dilakukan Mohamad Rijalulloh. Pemuda pelaku ekonomi kreatif (ekraf) gelang paracord ini terus mengenalkan produknya. Hasilnya, karya tersebut tetap eksis meski dalam situasi pandemi.
Pemuda berusia 23 tahun itu mengaku wabah Covid-19 membuat banyak sektor ekonomi lumpuh. Akibatnya, tak sedikit pelaku usaha mengeluh, bahkan vakum dari dunia bisnis. Meski begitu, sosok yang akrab disapa Rijal itu tak gentar. Dia memanfaatkan kemajuan teknologi termasuk medsos untuk mempromosikan gelang variasi itu. Rupanya, para netizen cukup tertarik, pesanan pun terus mengalir.
“Alhamdulillah, memang saya kenalkan lewat situ (medsos). Awalnya pesanan dari teman, karena dulu saya bawa juga pas masih sekolah,” ujar pemilik akun Instagram @jaluparacord.id itu, kemarin (29/7).

Sejatinya, pembuatan gelang paracord ini gampang-gampang susah. Tergantung model dan tingkat kerumitannya. Pemilihan warna juga harus menarik dan tidak boleh sembarangan. Sebab, itu bisa memengaruhi daya pikat calon pembeli.
Gelang unik ini memiliki banyak model. Seperti three stripes hingga snake knot. Bukan hanya gelang, pemuda ramah itu menyebut turut memproduksi varian kalung, gantungan kunci, lanyard, dan model lainnya. Dalam sehari, dia bisa membuat lebih dari 10 produk.
“Tergantung permintaan. Kalau customer mau pesan dan punya model, kami bisa layani. Bujet mengikuti tingkat kerumitan,” terang pemuda yang sudah berbisnis sejak 2018 lalu itu.
Bukan hanya itu. Ada sejumlah strategi digital marketing yang Rijal terapkan demi menjalankan bisnis kreatif ini. Akun medsos, lanjut dia, juga wajib disertai dengan narahubung dan alamat penjualan. Dengan demikian, pembeli dari luar daerah pun tetap bisa memesan meskipun via dalam jaringan (daring).
“Kalau unggah foto memang tidak terlalu rutin. Harus diseleksi mana potret yang bagus. Nomor handphone juga terdapat di bio, jadi langsung bisa misal mau pesan,” sambung pemuda yang hobi salawat itu.
Selama memanfaatkan media digital, Rijal mengaku warna natural dari gelang tersebut harus diperhatikan saat akan dipasarkan. Menurutnya, proses editing foto yang berlebihan bisa membuat warna tidak sesuai dengan produk asli. Guna mengakalinya, dia tetap memberikan kesan estetik dan hanya sedikit mengedit. Itu agar produk makin memikat.
Sederhananya, memanfaatkan kecanggihan teknologi tidaklah rumit. Cukup belajar memahami ponsel dan memastikan produk yang dijual memiliki pangsa pasar. Jika sudah menguasai, maka pembeli akan datang dengan sendirinya. “Walaupun begitu, kadang juga buka lapak. Jualan di beberapa acara. Kebanyakan pembelinya memang anak muda,” tandasnya. (luk/c1/wen)