KOTA BLITAR – Ancaman resesi yang diprediksi terjadi tahun ini menjadi perhatian serius pemerintah. Pemerintah daerah (pemda) juga diminta untuk menyiapkan sejumlah antisipasi dalam menghadapinya.
Kepala Bagian (Kabag) Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kota Blitar Ahmad Tobroni mengatakan, pemkot sudah menyiapkan sejumlah langkah antisipatif menghadapi resesi. Langkah tersebut tidak jauh berbeda saat menghadapi inflasi. “Di antaranya ada operasi pasar murah, penyaluran bansos, hingga pelatihan-pelatihan,” jelasnya kepada Koran ini.
Langkah antisipatif itu sudah disiapkan oleh masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. Seperti penyaluran bansos ada di dinas sosial (dinsos), kemudian operasi pasar murah ada pada dinas perindustrian dan perdagangan (disperindag). “Sementara pelatihan-pelatihan UMKM ada di dinas koperasi,” terangnya.
Tobroni mengaku lebih siap menghadapi ancaman resesi maupun inflasi yang diprediksi terjadi di tahun ini. Tidak seperti tahun sebelumnya yang memang belum bisa diprediksi. “Sehingga persiapan tidak ada. Akhirnya ya harus merelokasi anggaran,” ujarnya.
Ditanya mengenai alokasi anggaran yang disiapkan untuk menghadapi ancaman resesi, dia tidak bisa menjelaskan. Sebab, anggaran berada di masing-masing OPD pengampu. Semua penanganan langsung diserahkan ke OPD terkait.
Seperti diketahui, pemerintah memprediksi terjadi resesi pada 2023. Sektor perekonomian akan terdampak cukup signifikan. Pemda pun diminta untuk mempersiapkan langkah antisipatif termasuk masyarakat.
Informasinya, IMF dan Bank Dunia memprediksi pada 2023 terjadi perlambatan ekonomi. Dari proyeksi ekonomi yang sebelumnya tumbuh 3,2 persen turun menjadi 2,7 persen. Meski begitu, dampak resesi ke Indonesia tidak terlalu besar. (sub/c1)