TULUNGAGUNG– Sebelum memulai usaha yang diberi nama Angkringaniki, Andrian Dwi Restu Pamungkas memilih mempelajari dulu dunia kuliner. Pria lulusan SMKN 3 Boyolangu ini bepergian ke beberapa kota, mulai dari Malang, Madiun, Jogjakarta hingga Bali.
“Saya bepergian ke luar kota itu selain belajar memasak, juga mencari tau gimana caranya supaya makanan yang viral itu tetap ramai, serta bagaimana pelayanan ke pelanggan,” ucap Andrian.
Kedua orang tuanya sempat tidak menyetujui keputusan Andrian untuk membuka angkringan. Dan ternyata saat berjalan, ada beberapa kendala yang hampir membuat angkringan miliknya tutup. Kendala tersebut seperti kesalahan manajemen dan masih sepinya pelanggan yang datang ke tempat miliknya.
Namun kondisi itu tidak membuat semangat pria 23 tahun ini surut, justru masalah yang datang dijadikannya motivasi untuk membuktikan kepada kedua orang tuanya, bahwa dia bisa melalui masalah itu, walaupun kondisi angkringan miliknya hampir tutup. Andrian juga sempat mendaftar di kepolisian. Namun dengan banyak pertimbangan, dia akhirnya tetap memilih untuk melanjutkan usaha angkringannya. Berkat kerja kerasnya, kini usahanya membuahkan hasil. Dia sudah membuka tiga cabang di Tulungagung yang bertempat di Desa Wates, Kecamatan Campurdarat, Desa/Kecamatan Bandung, dan di Kecamatan Boyolangu.
“Target awal saya, ketika berumur 23 tahun saya harus bisa membuka dua cabang, karena waktu itu masih kesulitan mengelola dua manajemen. Tapi pelan-pelan bisa saya atasi, kemudian saya mempunyai tekad, kalau bisa sebelum umur 23 saya harus bisa membuka tiga cabang dan alhamdulillah terwujud. Kuliner merupakan bisnis yang cukup menjanjikan,” ucapnya.
Pria kelahiran 4 Maret 1999 ini mengangkat konsep etnik Jawa di angkringannya, yang dipadukan dengan masakan khas Jawa dan aneka sate. “Konsep angkringan di sini sebenarnya hanya istilah, bukan angkringan yang merujuk seperti kafe. Jadi angkringan milik saya ini menggunakan masakan khas Jawa sebagai ciri khasnya,” ujarnya.
Kini total keseluruhan karyawan yang ada di Angkringaniki sebanyak 24 orang, terdiri dari 19 karyawan warung dan lima karyawan dapur. Di masa pandemi seperti ini, pasang surut pembeli sering terjadi. Untuk menyiasati hal tersebut, Andrian menerapkan sistem DO (delivery order) agar memudahkan para customer yang ingin membeli tetapi takut dengan pandemi. Serta memanfaatkan media sosial (medsos) sebagai sarana promosi atau mengabadikan momen yang ada di angkringan.
“Bagi saya, media sosial tidak pernah mati. Jadi setiap jam buka dan jam tutup harus posting, ada pelanggan atau ada momen unik harus diabadikan. Itu sudah menjadi hal yang wajib bagi Angkringaniki,” tuturnya.(ae5/c1/din)