KABUPATEN BLITAR – Kondisi pertanian yang buruk mempengaruhi fluktuasi harga di pasar. Misalnya komoditas cabai. Hanya butuh waktu sepekan, harga si pedas itu meroket hingga tembus Rp 100 ribu per kilogram (kg) pada Minggu (5/6) kemarin. Padahal, sebelumnya banderol masih berada di angka Rp 40 ribu-Rp 65 ribu per kg.
Pedagang di Pasar Wlingi, Pandu Aji mengatakan, harga cabai memang mengalami kenaikan pesat. Tercatat sejak sepekan terakhir, harga cabai yang awalnya Rp 65 ribu per kg, kini sudah merangsek ke nominal Rp 95 ribu per kg hingga Rp 100 ribu per kg.
“Yang paling naik ini cabai. Terutama rawit ya. Stoknya sedikit, akhirnya naik. Karena petani gagal panen,” ujarnya kepada Koran ini kemarin (5/6).
Naiknya harga cabai itu memang sudah biasa terjadi. Namun, daya beli konsumen yang tak bergairah tentu menjadi permasalahan baru bagi pedagang. Saat harga stabil, yakni Rp 24 ribu per kg-Rp 27 ribu per kg, minat beli begitu tinggi. Namun saat harga kian melambung, pembelian turun drastis hingga 50 persen.
Pedagang lain, Ali Perdana mengakui hal yang sama. Di tempatnya berdagang, harga cabai juga meroket. Kini Rp 90 ribu per kg. Imbas kenaikan itu, sejumlah pelanggan hanya mau beli secara eceran.
“Jelas kalau pelanggan mengeluh. Tapi ya kadang tetap beli karena butuh. Pemilik warung dan rumah makan juga pasti pusing ini,” jelasnya.
Salah seorang petani cabai asal Desa Butun, Kecamatan Gandusari, Fathoni mengatakan, naiknya harga cabai di pasaran bukan tanpa alasan. Sebab, dipengaruhi kondisi petani yang gagal panen, termasuk dirinya sendiri. Itu tak terlepas dari hama yang merajalela.
Mengacu hasil panen sebelumnya, Fathoni berhasil meraup cabai sebanyak 1 kuintal. Itu sebelum terpapar hama. Namun, setelah itu, justru meramping hingga 80 kg sampai 90 kg saja. Ini menujukkan betapa petani turut kelimpungan dengan harga jual dan upaya menutup biaya tanam.
“Memang mahal karena kena porong (hama, Red) itu, lho. Ini beberapa tetangga yang juga petani, juga mumet (pusing). Soalnya kan biaya tanam mahal Mas,” tegasnya. (mg2/ady)