KOTA BLITAR – Selain ngebut pembentukan kerangka tim, manajemen PSBI Blitar juga disibukkan dengan pencarian sponsor. Itu penting, mengingat tim berkostum merah-putih ini tidak bisa menerima suntikan dana dari pemerintah daerah (pemda).
Itu karena saat ini PSBI Blitar sudah bertransformasi menjadi klub mandiri. Maka, seluruh biaya operasional tim seperti halnya gaji pemain, gaji pelatih, pemenuhan fasilitas latihan, hingga biaya pemberangkatan tim ke venue pertandingan kudu ditanggung sepenuhnya oleh tim. Guna meringankan manajemen dalam segi pembiayaan, merangkul banyak sponsor menjadi opsi yang relevan. “Itu sedang kita upayakan dalam beberapa waktu terakhir. Sejumlah pihak sedang kita lirik untuk jadi rekanan sebagai sponsor,” kata Presiden PSBI Blitar, Wima Brahmantya.
Dalam prosesnya, jelas Wima, manajemen sempat menemui sejumlah kendala. Di antaranya, soal banyaknya pihak yang belum berkenan untuk manjadi sponsor dengan alasan kesulitan finansial. Pasalnya, diketahui jika saat ini banyak pelaku usaha yang mencoba kembali bangkit usai “digebuk” pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir. “Bisa dibilang itu wajar. Tentu mereka juga melakukan pertimbangan atas kondisi finansial di perusahaannya,” jelasnya.
Sampai saat ini, baru satu pihak yang membuka diri untuk diajak bekerja sama. Meski menilai tim masih punya banyak waktu dalam upaya menjaring sponsor, pihaknya tetap harus bergerak cepat. Alasannya, tim berjuluk Singo Lodro ini berencana untuk memulai agenda latihan di bulan depan. Itu berarti manajemen harus menyiapkan dana untuk kebutuhan penyediaan atau pemenuhan fasilitas latihan, gaji pemain, dan pelatih.
“Baru satu (sponsor, Red) ya, tapi ini masih terus berproses. Memang kami belum bisa menyebut nama-nama pihak yang sudah bergabung atau sedang dibidik. Yang jelas, tim diagendakan untuk melakoni agenda persiapan secara kolektif mulai bulan depan,” bebernya.
Diketahui, dalam sebulan terakhir PSBI Blitar banyak “menyerap” pemain dari tim luar daerah. Dari sektor kepelatihan, tim juga mengontrak sosok legenda Persebaya di era 90-an, Yongki Kastanya. Jelas hal ini membuat tim “merogoh kocek lebih dalam” untuk operasional tim dalam mengarungi musim kompetisi. (dit/c1/ady)