KABUPATEN BLITAR – Berbagai usaha pernah ditekuni. Kini, Hasan Al Jaidi mantap memilih usaha kopi. Namun, bukan sembarang kopi. Pria berdarah campuran Indonesia-Yaman ini memilih usaha kopi rempah khas timur tengah. Berikut kisahnya.
Bumi Penataran masih beratapkan langit mendung sore itu. Di pekarangan rumahnya di Desa Kedawung, Kecaatan Nglegok, Hasan tampak santai berbincang bersama rekannya dengan ditemani beberapa cangkir kopi di atas meja. Aroma khas keluar dari cangkir berwarna putih itu. Rupanya, itu adalah kopi rempah khas timur tengah racikannya, yang konon merupakan warisan keluarga turun-temurun.
Iya. Kini Hasan lebih dikenal sebagai seorang pengusaha kopi rempah. Hal ini (usaha kopi, Red) terhitung sejak penghujung 2017 lalu. Uniknya, pria berjenggot ini tidak hanya menggunakan bahan-bahan khas Nusantara. Namun, Hasan juga menambahkan beberapa bahan khas timur tengah ke dalam racikan kopinya. “Saya kan ikut suatu majelis di akhir 2017. Saya dan istri sering bawa kopi racikan sendiri. Lalu, saya berikan kepada majelis,” kenang pria kelahiran 27 Maret 1962 ini.
Tanpa disangka, banyak kolega yang kepincut dengan kopi racikannya. Bahkan, tak jarang Hasan mendapat pesanan kopi rempah dalam jumlah besar. Dari sana, muncul keinginan Hasan untuk menjadikan kopi rempah sebagai usaha. “Saya memang tambahkan beberapa bahan khusus dari timur tengah. Karena itu, aroma dan rasanya sangat khas,” tuturnya.
Disinggung soal resep, ayah tiga anak ini mengaku mendapatkan resep dari kakeknya yang merupakan orang asli Yaman. Uniknya, resep ini turun-temurun diajarkan di silsilah keluarga Hasan. “Kakek saya dari wilayah Hadramaut, Yaman. Nah, resep yang diberikan ke saya itu sudah turun-temurun. Jadi memang sangat khas,” tegasnya.
Seiring berjalannya waktu, Hasan mulai berani menambah varian kopi rempah miliknya. Kini tak kurang ada tujuh varian yang diproduksi. Di antaranya, kopi khas arab, kopi turki, cokelat rempah, arabika, robusta, kopi hijau, hingga kopi jintan hitam. “Saya juga tambahkan beberapa bahan yang unik. Misal, kapulaga, biji kurma, cengkeh, dan kelabet,” ujar pria ramah ini.
Tak kurang 50 kilogram (kg) bubuk kopi diproduksi dalam waktu sebulan. Dalam proses produksi, pria ramah ini dibantu istri, rekan, dan beberapa kolega.
Meski hanya menggunakan metode sederhana dalam pemasaran produk, kopi racikan khas ini rupanya mampu menembus pasar nasional, bahkan internasional. Itu berkat banyaknya jejaring Hasan di berbagai wilayah. “Saya punya banyak teman se-Indonesia. Mulai dari Jakarta, Surabaya, Semarang, Tarakan, Balikpapan, NTB, hingga Makassar. Bahkan, saya juga pasarkan sampai ke Australia dan timur tengah,” ungkap pria asli Banyuwangi ini.
Namun, semua itu tidak didapatkan dengan mudah. Perjalanan terjal dilalui dalam upaya mengenalkan produk kepada masyarakat luas. Banyak hal yang dikorbankan selama proses membangun usaha ini.
“Dulu saya pernah usaha jualan parfum, penggemukan sapi, dan mekanik moge (motor gede, Red) di Surabaya. Kebetulan saya ini kan pecinta motor klasik. Nah, semua habis saya jual untuk membiayai hidup sebelum memulai usaha ini,” bebernya.
Hal itu justu menjadikan Hasan begitu bersemangat untuk terus berbagi kebaikan melalui seduhan kopi rempah miliknya. Dia menyebut, kopi rempah punya berbagai khasiat. Yakni, meningkatkan stamina hingga menjaga daya tahan tubuh. “Ya karena itu saya berharap agar melalui kopi ini, saya bisa berbagai kebaikan, pahala, dan rezeki kepada sesama,” pungkasnya. (*/c1/ady)