KOTA BLITAR – Musik Keroncong menjadi salah satu hiburan dalam festival kopi Soekarno beberapa hari lalu. Musik bergenre khas Indonesia itu dibawakan oleh band Sakura. Anggotanya didominasi anak-anak muda.
Lagu karya penyanyi kondang Denny Caknan berjudul Satru 2 menjadi pembuka dalam festival kopi Soekarno di halaman Kantor Wali Kota, Jumat (10/6) lalu. Lagu itu dibawakan merdu oleh grup musik Sakura dengan nuansa keroncong. Sejumlah alat musik yakni biola, ukulele, gitar akustik, hingga flute, dimainkan dengan indah.
Suasana sore itu tambah nikmat dengan alunan musik keroncong. Sejumlah pengunjung larut dalam alunan sampai bergoyang. Grup musik keroncong Sakura menambah suasana sore itu makin seru. Sembari menyeruput kopi, mendengarkan musik keroncong ala masa kini.
Di Blitar, Sakura sudah cukup dikenal. Grup musik itu spesial membawakan lagu beraliran keroncong. Hebatnya, para personel mayoritas anak muda. “Ini yang membuat saya bersemangat gabung grup Sakura. Rata-rata mereka seumuran,” ungkap Bagas Yoga Permana Kuswoko Putra, vokalis Sakura kepada koran ini, kemarin (13/6).
Bagas bergabung dengan Sakura sejak 2019 lalu. Sakura merupakan grup band yang lahir dari sekumpulan pemuda warga Jalan Sakura, Kelurahan/Kecamatan Kepanjenkidul. Grup musik itu memang beda dibanding lainnya. Sebab, Sakura membawakan lagu beraliran keroncong.
Lagu yang dibawakan bukan hanya lawas. Namun, juga lagu teranyar yang tentu dikemas dengan nuansa keroncong. “Inilah yang membuat grup Sakura berbeda dari yang lain. Makanya saya tertarik,” terangnya.
Awal bergabung dengan Sakura yakni saat mengikuti lomba menyanyi keroncong yang diadakan di kampungnya. Kebetulan saat itu yang mengiringi musiknya adalah Sakura. “Dan Alhamdulillah saya juara 1. Dari situ saya diajak bergabung,” cerita pemuda 21 tahun itu.
Dia semakin tertarik lantaran mayoritas anggota Sakura merupakan teman kampung yang seumuran. Sehingga lebih enak untuk belajar musik bareng. “Jadi nggak malu-malu,” katanya lantas tertawa.
Bagas sendiri tinggal di Jalan Srigading. Tepatnya berada di selatan Jalan Sakura. Kampung mereka hanya dipisahkan oleh rel Kereta Api (KA).
Meski tergolong anak muda, Bagas suka dengan musik keroncong. Sebab, musik keroncong memiliki sensasi tersendiri baik saat memainkan maupun mendengarkannya. “Saat mendengarkannya membuat lebih. Apalagi, sekarang banyak lagu pop yang diaransemen jadi musik keroncong. Makin enak banget,” ungkapnya.
Dengan begitu, tidak ada alasan untuk tidak menyukai keroncong. Aransemen lagu pop kekinian menjadi Keroncong itu merupakan bagian dari upaya melestarikan musik keroncong.
Sebelum gabung ke Sakura, Bagas memang sudah lama bermain musik. Bukan hanya aliran musik keroncong, tetapi juga musik genre lain. “Biasanya, jika Sakura tidak ada job, saya main di grup lain. Teman-teman ajak saya main demi saling membantu satu sama lain,” ungkap pria yang berstatus mahasiswa itu.
Bagas menyukai Sakura karena lagu yang dimainkan bukan hanya lagu keroncong lawas. Tetapi juga lagu pop hingga ambyaran (lagu galau). Dengan harapan agar lagu yang dimainkan bisa dinikmati oleh semua kalangan usia. Baik tua maupun muda.
Selain dari segi musikalitas, untuk personilnya rata-rata masih muda. Ini menunjukkan bahwa anak-anak muda memiliki skil dan selera seni musik yang tinggi. “Bukan hanya nongkrong sana dan sini,” katanya.
Meski tidak ada job main musik, personel Sakura sering ngumpul. Seluruh personel seperti sudah menjadi keluarga. “Hal seperti ini yang saya sangat suka dari Sakura,” ungkap Bagas.
Sementara itu, pendiri grup Sakura, Totok, berharap musik keroncong terus lestari sepanjang zaman. Lewat kreatifitas dari Sakura, musik keroncong semakin dikenal banyak orang terutama oleh anak-anak muda. Diharapkan musik keroncong bisa tetap lestari. “Kami ingin keroncong tetap eksis di era saat ini. Khusus anak-anak muda makin suka dengan keroncong,” tandasnya. (*/wen)