TULUNGAGUNG – Cabang Dinas Pendidikan (Cabdindik) Provinsi Jawa Timur (Jatim) wilayah Kabupaten Tulungagung–Trenggalek terpaksa menghentikan sementara pembelajaran tatap muka (PTM) di SMAN 1 Boyolangu (Smaboy) di Kabupaten Tulungagung.
Keputusan tersebut diambil cabdindik menyusul terjadinya penularan Covid-19 pada siswa setempat. “Mulai Senin (31/1), kita minta sekolah tersebut gelar pembelajaran jarak jauh (PJJ). Itu untuk menekan agar penularan Covid-19 di sekolah tersebut tidak semakin luas,” ucap Kepala Cabdindik Provinsi Jatim wilayah Kabupaten Tulungagung–Trenggalek, Sindhu Widyabadra, kemarin (28/1).
Dia mengaku, dari awal sudah menaruh perhatian pada kasus ini. Bahkan setelah mendapat laporan dari sekolah bahwa ada satu siswa yang terkonfirmasi Covid-19, pihaknya langsung meminta sekolah segera berkoordinasi dengan dinas kesehatan (dinkes) setempat untuk melakukan pelacakan (tracing, Red).
Alhasil, ditemukan delapan siswa terpapar Covid-19 dari kelas yang sama. “Menindaklanjuti temuan itu, tadi dinkes meminta izin untuk melakukan tracing lebih luas selama dua hari di mulai hari ini (Jumat, Red),” katanya.
Sindhu meyakini kasus Covid-19 di SMA negeri tersebut bisa dikendalikan. Bahkan kebijakan PJJ yang diambilnya, diharapkan bisa memutus penularan Covid-19. “PJJ ini hanya sepekan saja. Semoga tidak ada klaster sekolah lagi, karena kami meminta seluruh SMA dan SMK di Tulungagung untuk memperketat pengawasan protokol kesehatan Covid-19,” terangnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung, dr Kasil Rokhmad belum bisa memastikan varian Covid-19 apa yang terjadi di salah satu SMA negeri di Tulungagung dan kos mahasiswa, kemarin. Sebab hingga kini hasil sampel yang diujikan belum keluar. Agar tidak ada klaster baru, pihaknya meminta sekolah baik SD, SMP, maupun SMA/ SMK untuk memperketat protokol kesehatan (prokes).
“Testing, tracing dan treatment (3T) kita galakkan. Terlebih kini kasus mulai menunjukkan peningkatan,” tandasnya. (lil/c1/din/dfs)