TULUNGAGUNG – Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan teknologi dan informasi begitu pesat. Perkembangan teknologi tersebut tidak hanya terjadi di bidang ilmu pengetahuan saja yang banyak diciptakan alat-alat canggih dipergunakan untuk mempermudah kehidupan manusia.
Namun, perkembangan teknologi pun mulai me masuki dunia permai nan anak-anak seperti Play Station, game online, game handphone, dan permainan digital lainnya. Permainan-permainan seperti itu adalah permainan yang modern karena membutuhkan peralatan canggih dengan menggunakan teknologi yang juga canggih.
Modern pada permainan digital tidak hanya melekat pada peralatan yang digunakan saat bermain, tapi juga dalam cara memainkannya. Permainan digital memerlukan peralatan seperti game PlayStation, game online yang membutuhkan media komputer dan jaringan internet, per mainan dalam handphone, dan alat-alat permainan yang ada di pusat keramaian seperti mall.
Hal ini bertolak belakang dengan permainan tradisional yang terkadang tidak mem butuhkan peralatan, dan kalaupun membutuhkan peralatan yang digunakan hanyalah peralatan sederhana yang mudah ditemukan anakanak saat bermain di lapangan seperti batu, ranting kayu, atau pun benda lainnya.
Semakin maju dan serba teknologi kehidupan manusia, maka semakin banyak diabaikan aktivitas yang bersifat “manual” (permainan tradisional) dan berganti menjadi “otomatik” (Otomatis). Jumlah gamer di Indonesia menurut Plt Kepala Biro Humas Kominfo Ferdinandus Setu, ada sekitar 142 juta pengguna internet di Indonesia dan 30 juta anak milenial aktif bermain game setiap harinya.
Ada juga sedikit cerita dari Dr Siste, beliau adalah seorang pakar adikasi yang juga Kepala Departemen Medik Ke sehatan Jiwa Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). “Ada dua orang anak yang ingin di-DO (drop out) ka rena mereka kecanduan game online dan bermain bisa sampai jam 1-2 pagi, dan tidak mau mandi.”
Melihat data dan cerita di atas, betapa sedih dan miris saya melihat para pemuda generasi penerus bangsa pada usia muda saja seperti ini, dari tahun ke tahun pasti akan semakin bertambah korbannya. Pemerintah Indonesia harus memiliki kebijakan untuk mengantisipasi dampak dari game online tersebut demi melindungi bangsa dan para pemuda di masa depan.
Penyebab hilangnya permainan tradisonal di Indonesia oleh tidak adanya komunitas permainan tradisional setiap daerah dan berkembangnya teknologi. Jika saja di setiap daerah memiliki komunitas tersebut, permainan tradisional tidak akan punah dan menghilang begitu saja karena permainan tradisional tersebut akan terus dimainkan setiap hari oleh anak-anak dan akan tetap lestari. Perkembangan teknologi seperti saat ini tidak dapat kita hindarkan, memang permainan modern atau game online lebih menarik dan lebih asyik di kalangan para remaja dan juga anak-anak.
Selain bisa bermain di mana saja dan kapan saja, game online juga bisa membuat kita bermain bersama teman yang jauh dan itu membuat para anak-anak betah dalam bermain game online. Seiring dengan perkembangan zaman terdapat peralihan yang bersifat tradisional ke modern menurut Johan Huizinga dalam Teori Homo Ludens sehingga terlihat relevansi Teori Homo Ludens tersebut atas permainan modern yang dimainkan oleh anak-anak sekaligus perbedaanperbedaan dalam nilai-nilai permainan tradisional tersebut ke game online.