BLITAR – Permainan sepak bola sudah lumrah menjadi olah raga favorit mayoritas masyarakat Indonesia. Salah satu penyuka olahraga ini adalah Asharul Huda. Pria yang juga kepala Desa Gaprang ini memang “penggila” si kulit bundar sejak di bangku SD. “Dari kecil sangat tertarik sepak bola, karena dulu sering diajak ayah nonton sepak bola,” tuturnya.
Duduk di bangku SMP, Huda yang masih remaja mulai mengikuti sekolah sepak bola di Blitar. Akademi sekolah ternama di Blitar saat itu adalah Indonesia Muda. Posisi bek kiri langsung dilakoninya, didukung dirinya yang memang pemain kidal.
“Gak tau ya mbak, sejak dulu saya nendang bola itu selalu pake kaki kiri, jadi saya dijadikan bek kiri,” akunya.
Beberapa kompetisi mulai digelutinya saat duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Dan di kompetisi inilah memahami bagaimana nilai persahabatan. Karena, terkadang bertemu lawan dari satu sekolah sepak bola. “Dulu memang teman-teman di SSB itu banyak yang dari sekolah berbeda, sementara kompetisi sepak bola adalah pertandingan antarsekolah. Jadi ya bertemu sama teman satu tim,” ungkapnya.
Meskipun bertemu sebagai lawan dalam pertandingan antar-sekolah, saat kembali ke tim tetap berteman dengan baik. Bahkan, hingga kini dia tetap menyisihkan waktu untuk menyalurkan hobinya untuk bermain sepak bola. Karena selain berolahraga dan mencari “keringat”, ternyata lewat sepak bola menjadi ajang silaturrahmi antara pemain.
“Lewat sepak bola ini juga untuk mempererat tali silaturahmi. Karena di sepak bola juga jadi ajang menambah teman,” aku pria ramah ini.
Tak pelak, tim nasional (timnas) Indonesia menjadi tim yang tidak ingin dilewatkan saat bertanding. Tidak heran jika berbagai atribut timnas terpajang menjadi koleksi pribadinya. “Kalau timnas main, saya rela meninggalkan pekerjaan saya untuk nonton dulu. Intinya, kalau ditanya tim idola, ya saya tetap pilih Timnas Indonesia,” tandas pria 43 tahun ini. (mei/ady/dfs)