KOTA BLITAR – Seminggu terakhir Kota Blitar terus diguyur hujan dengan intensitas sedang dan lebat. Hal ini menjadi perhatian Komisi 3 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Blitar utamanya terkait dengan beberapa pekerjaan fisik yang sedang dalam proses pengerjaan.
Komisi yang membidangi pembangunan tersebut meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar untuk waspada. Dan mengawasi ketat agar proyek fisik tidak molor dan bisa selesai pada waktunya.
Ketua Komisi 3 DPRD Kota Blitar Bayu Setyo Kuncoro mengatakan, pelaksana proyek harus memperhatikan kondisi cuaca. Apalagi saat ini sudah memasuki musim hujan. “Pelaksana harus memperhatikan hal ini (cuaca, Red). Memang sulit diprediksi, tetapi harus bisa mengantisipasi kondisi tersebut sehingga gangguan saat pengerjaan bisa diminimalisir,” katanya kepada Koran ini kemarin (10/10).
Tak dipungkiri, hujan memang faktor paling menganggu pekerjaan infrastruktur. Bahkan, kondisi tersebut bisa mengakibatkan pekerjaan tidak berjalan maksimal. “Misalnya, saat pagi dikerjakan, tiba-tiba siang hujan. Ini sudah alam, tidak bisa dihindari,” ungkapnya.
Dia meminta dinas pekerjaan umum dan penataan ruang (PUPR) untuk mengantisipasi kendala tersebut. Salah satunya dengan membuat sistem kerja yang tepat untuk mengatasi kendala di lapangan. “Monggo nanti sistemnya bagaimana. Yang penting harapan kami, pekerjaan proyek bisa selesai tepat waktu,” ujar politikus PDIP ini.
Sejumlah proyek infrastruktur di Kota Blitar sedang dalam proses pengerjaan. Mulai dari saluran irigasi, saluran drainase, hingga pelebaran ruas jalan. Beberapa proyek yang menyedot anggaran besar di antaranya adalah rehabilitasi Jalan Merapi dan pembangunan pedestrian di Jalan Ir Soekarno.
Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga dan Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Kota Blitar Joko Pratomo menegaskan, sudah berkoordinasi dengan pelaksana proyek terkait antisipasi musim penghujan. Dinas memberikan dua alternatif untuk sistem pekerjaan proyek. “Pertama, bisa dengan menambah tenaga kerja dan kedua, menambah waktu kerja atau lembur,” terangnya.
Penambahan tenaga kerja, jelas Joko, guna memaksimalkan progres pekerjaan proyek. Dengan tenaga kerja tambahan, proyek bisa dikerjakan di waktu berbeda. “Misalnya, tenaga kerja tambahan bisa mengerjakan di waktu malam hari. Otomatis harus menambah jam kerja,” jelasnya.
Dengan begitu, tugas yang belum dikerjakan karena terganggu hujan bisa terselesaikan hari itu juga. Tenaga tambahan bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut. “Kalau sudah aturan tambahan kerja itu pekerjaan akan berjalan maksimal,” bebernya.
Dinas PUPR optimistis sejumlah pekerjaan fisik selesai tepat waktu. Sesuai kontrak, rata-rata proyek fisik ditarget tuntas pada akhir Desember. Sisa waktu dua bulan ini bisa dimaksimalkan dengan sebaiknya. (sub/ady)