KOTA, Radar Tulungagung – Problematika kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) bio solar bersubsidi terus menghantui pengguna kendaraan roda empat bermuatan besar di Bumi Kota Marmer. Terutama truk dan angkutan bus umum.
Alhasil, persyaratan membeli BBM jenis tersebut kini kian rumit. Salah satu sopir truk angkutan tebu asal Desa/Kecamatan Pucanglaban, Supiyan mengatakan, dirinya kesulitan mencari BBM subsidi seharga Rp 5.150 tersebut. Lantaran setiap stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang dia telusuri selalu dipenuhi antrean.
“Terakhir cari SPBU sekitar empat hari yang lalu. Itu muter-muter dari Desa Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru; Desa Kalangan dan Desa Pulosari, Kecamatan Ngunut; sampai Desa Panjerejo, Kecamatan Rejotangan, masih saja kesulitan cari bio solar. Kalau nggak habis (persediaannya, Red), ya antreannya sangat panjang,” terangnya.
Pria yang akrab disapa Bayan oleh warga sekitarnya itu menambahkan, akibat kendala tidak diperolehnya BBM solar, membuat dirinya terpaksa memilih BBM jenis dexlite. Ini dikarenakan dirinya sudah tidak ada pilihan lain.
Bapak dua orang anak itu melanjutkan, selisih pembelian BBM dexlite terhadap bio solar sangat tinggi. Apabila sehari-harinya hanya merogoh kocek Rp 200 ribu sudah dapat BBM bio solar sebanyak 40 liter, kini dexlite hanya mampu dapat 15 liter untuk kendaraannya. Pria berkulit sawo matang tersebut tidak dapat berbuat banyak, selain menaikkan harga angkutan tebu ke lokasi pabrik tujuannya. (zul/c1/din/dfs)