KOTA BLITAR – Hampir tak ada yang menolak jika disuguhi coklat. Utamanya anak-anak. Rasanya coklat yang manis dan nikmat, membuat ingin mengunyah lagi dan lagi. Nah, di balik rasanya yang enak, makanan ini memiliki beragam manfaat. Seperti meningkatkan mood atau suasana hati. Namun orang tua tak boleh lupa bahwa olahan permen coklat juga mengandung gula tambahan.
Tak dipungkiri banyak orang tua yang melarang anaknya mengonsumsi terlalu banyak coklat yang dijual di toko-toko. Alasannya, karena bisa merusak lapisan gigi dan memicu penyakit diabetes di usia dini. Hal ini dibenarkan oleh Ahli Gizi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Triana Zanu Indarti. Dia menyebut, konsumsi olahan coklat yang mengandung gula tambahan dan pemanis buatan, sebaiknya dibatasi.
“Produk coklat mengandung pemanis buatan. Jika terlalu banyak dikonsumsi, memicu gula darah naik dan timbul obesitas,” ujarnya, kemarin (30/7).

Selain obesitas, kata Triana, dampak lain berlebihan mengonsumsi produk olahan coklat yakni menimbulkan kecemasan dan detak jantung yang tak teratur. Ini terjadi lantaran adanya zat kafein pada coklat. Sejatinya, kafein ini mampu memberikan energi positif memperbaiki suasana hati seseorang. Itu selama tidak dikonsumsi secara berlebihan.
Bukan hanya itu, efek samping terlalu sering mengonsumsi coklat yakni bisa meningkatkan risiko kerusakan pada gigi. Hal ini harus diwaspadai oleh anak-anak. Terkadang, coklat yang menempel pada sela-sela gigi kerap dipandang sebelah mata. Padahal, ini bisa membuat gigi berlubang.
“Anak-anak yang biasanya malas gosok gigi, juga risiko gigi rusak lebih besar akibat kerap makan coklat. Orang tua harus teliti menentukan porsi makan dan mengajak rajin sikat gigi,” jelasnya.
Nah, meski ada efek samping, namun perlu diketahui bahwa coklat cukup bermanfaat untuk tubuh, tak terkecuali pada anak-anak. Kandungan kafein berperan aktif memberikan efek menyenangkan suasana hati. Zat ini juga memperbaiki sistem pencernaan hingga kinerja otak.
Selain kafein, unsur feniletamin juga memiliki fungsi besar dalam mengatur kondisi hati seseorang. Lalu, ada pula efek antidepresan yang terdapat pada coklat. Triana menyebut, manfaat ini dapat diserap tubuh asalkan tidak berlebihan. Anak-anak dan dewasa, boleh konsumsi coklat secukupnya saja.
“Ada manfaatnya juga, tapi yang perlu diingat adalah batas konsumsi. Memang harus diingat bahwa gula produk coklat itu banyak. Kalau kelewat doyan, bukan manfaat yang didapat,” ungkapnya.
Dia menambahkan, kandungan flavanoid pada coklat juga mendorong otak agar lebih konsentrasi. Ini didukung degan zat lain seperti theombromin sebagai pendongkrak fokus tubuh. Namun, pemanfaatan makanan ringan ini harus didukung dengan gaya hidup sehat dan ideal. Seperti tidur cukup, olahraga teratur, dan makanan bergizi.
“Anak bisa berkonsentrasi juga. Karena kan mendukung suasana hati agar semakin baik, serta menambah daya fokus,” terangnya.
Ibu satu anak asal Kecamatan Wlingi, Deka Selviana mengatakan sejauh ini dia tetap memberikan coklat untuk putrinya yang berusia empat tahun. Menurut dia, manfaat seperti memperbaiki mood membuat anak lebih ceria. Walau begitu, tak setiap hari dia memberikan coklat. Cukup sekali dalam seminggu, itu pun tidak banyak.
“Kalau terlalu sering kasihan giginya juga. Bisa rusak. Tapi kalau manfaat lainnya seperti bikin mood beraktivitas, ini bagus. Anak lebih semangat juga,” tandasnya. (luk/wen)