KOTA BLITAR – Penguatan kompetensi generasi muda untuk mengenalkan kekayaan sektor pariwisata kian menjadi tren positif. Kontes pemilihan Duta Pariwisata Jatim bulan lalu pun masih menyisakan sekelumit kisah menarik dari para peserta. Salah satunya, Yona Oktafransiska.
Dalam ajang bergengsi tersebut, dia harus menguatkan motivasinya demi bisa menorehkan hasil apik. Padahal, awalnya dia tak tertarik mengikuti pemilihan itu. Dukungan orang terdekatlah yang memberi dorongan positif.
Bangga. Kata inilah yang selalu diungkapkan Yona Oktafariska, gadis cantik kelahiran Blitar, 27 Oktober 2001 itu. Selempang bertuliskan Duta Pariwisata Jatim 2022 menjadi bukti perjalanan sulit Yona untuk merengkuh prestasi terbaiknya. Bulan lalu di ajang tersebut, dia dinobatkan sebagai Best Public Speaking. Pencapaian itu membuatnya terus termotivasi memperkenalkan pariwisata lewat cara komunikasi mendalam.
Banyak orang menilai bahwa gelar itu diraih tanpa harus memeras keringat berlebih. Padahal, ada cerita tak terduga yang dialami sosok yang akrab disapa Yona itu. Paling mengagetkan, yakni ketika awalnya dia mengaku tak minat mengikuti ajang tersebut. Entah dari mana suntikan semangat itu, dia akhirnya mengisi kolom formulir dan mengajukannya ke dinas setempat.
“Dapat info dari teman. Awalnya tidak minat. Lalu diarahkan untuk ikut dan pengajuan ke dinas, bahwa saya berniat mewakili Kabupaten Blitar di kontes itu,” ujar gadis yang hobi olahraga itu.
Penyerahan surat tersebut rupanya berbuah manis. Yona mengaku diperbolehkan untuk ambil bagian di ajang bergengsi tersebut. Segala persiapan dia kerahkan. Salah satunya soal mental. Bukan perkara mudah ketika harus menerima setiap tantangan yang diberikan pihak penyelenggara. Menurut dia, butuh konsentrasi penuh dan fokus.
Terdapat sejumlah rangkaian panjang yang harus dituntaskan. Upaya itu dilakukan demi bisa melenggang ke panggung grand final. Perjalanannya dimulai dari tahap satu dan sesi wawancara. Ya, pada fase ini, penguji memberikan sejumlah pertanyaan mengenai minat, bakat, serta pengetahuan umum soal pariwisata.
“Alhamdulillah lolos, tahap kedua tes kepribadian. Bisa lolos lagi dan ini menjadi salah satu pemompa semangat juga,” kata gadis asal Kecamatan Doko itu.
Tak berhenti di situ. Langkah Yona rupanya masih panjang. Bahkan, tidak langsung menuju tahap karantina yang notabene sebagai tanda diterima. Yona menyebut ada momen saat pemberian materi dilakukan secara daring selama dua pekan. Dirinya menilai, waktu itu terhitung lama. Belum lagi adanya tantangan yang harus dilalui dan potensi gangguan internet.
Setelah berjuang keras melewati tahap itu, Yona langsung menuju Banyuwangi untuk masa prakarantina. Selama berada di sana, banyak muda-mudi dari daerah lain yang juga mengikuti ajang serupa. Ini membuatnya kian semangat menunjukkan betapa kayanya potensi pariwisata di Bumi Penataran, tempat dia dilahirkan dan dibesarkan.
“Banyak ilmu yang didapat. Di sana juga menampilkan bakat. Saya juga membuat video profil daerah yang mengulas sektor ekonomi kreatif, seperti batik, pantai, dan alas Maliran,” jelasnya.
“Saya pastikan Blitar punya semuanya dan belum tentu dimiliki daerah lain,” imbuhnya.
Nah, ada satu pengalaman unik yang masih tertanam jelas di memori pikirannya. Yakni, saat berkomunikasi dengan puluhan peserta dari kota lain. Belum juga memperkenalkan namanya, kata Yona, banyak yang sudah mengetahui bahwa dia berasal dari Blitar. Rupanya, logat kental bahasa Jawa khas Bumi Penataran seolah menjadi identitas. “Sudah dikira dari Blitar. Mungkin karena logat masyarakat Blitar yang suka bilang peh, begitu ya,” ujarnya.
Grand final Duta Pariwisata Jatim 2022 bulan lalu, membuatnya mendapat nominasi sebagai Best Public Speaking. Gelar ini membuatnya terus meningkatkan rasa percaya diri dan mengenalkan pariwisata di kotanya. Baginya, titel tersebut tidaklah berarti tanpa dukungan dan doa dari orang tua, teman, dan pihak lainnya. (*/c1/wen)