KABUPATEN BLITAR – Sebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Bumi Penataran tak boleh luput dari perhatian pemerintah. Apabila penanganan semakin membaik, maka tingkat kesembuhan ternak ikut terkerek. Peternak pun tak lagi dihantui kekhawatiran berlebih dengan situasi ini.
Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Blitar Chandra Purnama mengatakan bahwa bukan hanya peternak yang terdampak. Wabah ini juga mendera ekonomi petani hingga terancam merugi. Pihaknya meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar segera menerjunkan satuan tugas (satgas) pencegahan PMK untuk menangani kasus ini.
“Mungkin sudah ditangani. Tapi sepertinya belum maksimal. Lebih baik segera bentuk satgas PMK supaya masyarakat cepat terbantu,” ujarnya kemarin (12/7).
Chandra melanjutkan, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Blitar harus berupaya menuntaskan persoalan yang terjadi. Sebab, tidak sedikit peternak yang merugi lantaran sapi mati. Selain itu, dia meminta dinas lebih intens melakukan penyuluhan. Bila perlu ke pelosok agar warga lebih teredukasi.
Sebagai contoh, temuan bangkai sapi diduga PMK di aliran Sungai Jari, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, beberapa waktu lalu yang menyita perhatian masyarakat. Jika memang mati lantaran PMK, dinas harus gerak cepat memberikan sosialisasi penanganan ternak mati lantaran PMK.
“Entah dibuang atau tidak, dinas juga perlu melakukan pendekatan. Misalnya, sapi yang mati agar bangkainya tidak dibuang ke sungai,” imbuhnya.
Terkait sapi mati diduga PMK itu, Kepala Disnakkan Kabupaten Blitar Toha Mashuri mengaku tidak menangani adanya bangkai. Melainkan, fokus pada pemulihan dan pengobatan hewan. Kendati begitu, dia menyayangkan adanya peristiwa tersebut. Seharusnya, lanjut dia, sapi yang mati harus dikubur.
“Belum tahu persis kejadiannya. Namun, tidak dibenarkan buang bangkai di sungai, karena mencemari lingkungan. Lebih baik dipendam,” ucapnya.
Ditanya soal penanganan wabah itu, Toha memastikan kini sudah berjalan baik. Itu terlihat dari angka kesembuhan per hari yang terus bertambah. Tren positif itu, lanjut dia, menjadi indikasi bahwa peternak semakin paham soal upaya antisipasi kasus ini. Mulai dari sanitasi, memberi ternak asupan vitamin dan suplemen, serta isolasi ternak yang sakit.
Nah, terkait pembentukan satgas PMK, pihaknya mengakui kelompok itu sudah terbentuk. Namun, masih menunggu surat keputusan (SK). Apabila SK sudah turun, maka satgas bakal diterjunkan sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi).
“Satgas PMK nanti akan segera berjalan setelah keluarnya SK. Sudah kami bentuk. Tinggal rapat koordinasi saja,” tandasnya.
Data dari disnakkan, Minggu (10/7) lalu, total kasus PMK mencapai 5.248 ternak. Rinciannya, ternak sakit sebanyak 1.669 ekor, 3.556 ternak sembuh, 19 ternak mati, dan 4 ternak dipotong paksa. Sedangkan 10.687 ternak tercatat sudah menerima dosis vaksinasi. (mg2/c1/wen)