KOTA BLITAR – Cita-cita Ivan Wisnu Sanjaya patut didukung. Dia ingin melestarikan kesenian tradisional khususnya kesenian Jawa. Pemuda 19 tahun itu memang sejak kecil menggandrungi semua jenis seni tradisional, mulai karawitan, jaranan, hingga wayang.
Rumah yang berlokasi di sebelah barat Kota Blitar itu menjadi tempat tinggalnya. Tepatnya di Lingkungan Pengkol, Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo. Di rumahnya inilah, Ivan mengembangkan kreatifitasnya dalam seni tradisional.
Pemuda yang sedang menempuh kuliah di Universitas Islam Balitar (UNISBA) Blitar itu sejak kecil sudah jatuh cinta dengan seni tradisional. Padahal, tidak ada darah seni mengalir dari orang tuanya.
Namun, hampir tiap akhir pekan selalu diajak orang tuanya menonton pertunjukkan seni. Salah satunya adalah seni jaranan. “Saat itu selalu nonton di parkiran PIPP (Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan, Red),” tuturnya menceritakan awal jatuh hati pada dunia seni.
Kecintaannya kepada dunia seni tradisional membuat orang tua tergerak untuk memasukkan Ivan di sanggar. Orang tuanya merasa ada potensi dalam diri anaknya itu. Harapannya, potensi tersebut bisa dikembangkan.
Kala itu dipilihlah Sanggar Patria Loka, sanggar terbesar yang berada di kota Blitar. Di situlah potensi seni dalam diri Ivan diasah agar semakin tajam. Di sanggar tersebut diajari semua jenis kesenian tradisional. Mulai karawitan, seni tari, hingga pewayangan.
Ivan bergabung dengan sanggar sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) hingga lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Selama itu, banyak pertunjukan seni yang telah diikuti. Mulai pertunjukkan jaranan, barongan, sampai parikan.
Berbagai lomba juga pernah diikutinya. Itu semua dilakukan semata-mata untuk menguji kemampuan berkeseniannya. Di samping itu, juga bagian dari upaya melestarikan seni tradisional. “Jika tidak ada pelestari, kesenian akan luntur. Makanya, saya berusaha mengenalkan seni tradisional khususnya kepada generasi muda,” ungkap warga Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo ini.
Kebanggaanya terhadap seni tradisional menggerakkan hatinya untuk bisa berbuat lebih. Tak cukup sekedar menjadi pelaku seni, namun sebisa mungkin harus menularkan ilmunya kepada junior. Ivan pun memutuskan untuk mendirikan sanggar.
Sanggar yang didirikan tidaklah besar. Yakni sanggar sederhana yang memanfaatkan garasi samping rumahnya. Dari segi fasilitas memang belum begitu mendukung. Salah satunya perlengkapan karawitan.
Yang ada di sanggar hanya alat gamelan berupa bonang dan sejumlah wayang dari berbagai karakter tokoh. “Hampir semua karakter tokoh wayang saya punya. Baik dari bahan kertas karton maupun kulit. Namun rata-rata kulit,” ujarnya.
Saat ini, Ivan sedang mendalami seni wayang. Belum lama ini, dia sempat tampil perdana sebagai dalang di salah satu acara di lingkungan RT-nya. “Itu yang pertama. Rencananya, saya juga bakal tampil di acaranya kampus sebagai dalang,” bebernya.
Lewat potensi yang ada dalam dirinya, Ivan berupaya keras untuk melestarikan seni tradisional. Salah satunya lewat pendirian sanggar. Sebab, menurutnya, tak sedikit anak muda yang suka dengan seni, tetapi bingung untuk menyalurkan bakat ataupun hobinya.
Karena itu, dia membangun sanggar sebagai wadah bagi mereka yang kesulitan menyalurkan potensi terpendamnya. “Saat ini sudah ada sekitar 20 anak yang bergabung. Saya dibantu sama teman seniman lain untuk melatih,” terangnya.
Ivan memiliki mimpi suatu saat bisa menjadi seniman yang sukses. Mampu melestarikan seni tradisional di tengah gempuran budaya modern. “Saya juga ingin merangkul kawan-kawan seniman Blitar Raya untuk maju bersama dan terus berkarya,” harapnya. (*/ady)