KABUPATEN BLITAR – Mahalnya harga pupuk kimia menjadi salah satu hal yang dikeluhkan sebagian petani. Sebab, mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkannya. Padahal, petani juga harus memikirkan biaya lain selama proses tanam.
Lukito, salah seorang petani di Kecamatan Garum mengaku, kini harga pupuk kimia semakin melambung. Parahnya, banyak petani yang sudah bergantung dengan pupuk kimia itu. “Beli pupuknya mahal. Ini yang terkadang membuat pusing,” ungkapnya.
Nah, untuk alternatif mahalnya pupuk kimia, kini ada jamur keberuntungan abadi (Jakaba). Ini merupakan produk organik. Sebab menggunakan bahan dasar air cucian beras (leri). Selanjutnya ditambah biang jamur. Nama tersebut berasal dari petani asal Bojonegoro. “Ternyata jakaba itu bagus untuk pertumbuhan tanaman dan cocok untuk digunakan kini,” ungkap Isnawan, petani Desa Sumberdiren, Kecamatan Garum, kemarin (10/10).
Dia mengatakan, jakaba bisa menjadi alternatif mahalnya pupuk kimia. Sebab, ini termasuk pupuk organik, namun tak kalah hebat dengan kimia. Sekarang pupuk subsidi harganya sekitar Rp 125 ribu per 50 kilogram. Sedangkan nonsubsidi berkisar Rp 400 – Rp 900 ribu.
Meskipun banyak menggunakan pupuk organik, Isnawan tetap memakai pupuk kimia. Namun jumlah jauh lebih sedikit. Dia mencontohkan, tanah seluas 0,15 hektar hanya menggunakan 20 kilogram pupuk kimia. “Biasanya kalau tidak menggunakan pupuk organik harus menghabiskan dua kuintal pupuk kimia,” katanya.
Pria itu juga menjelaskan, pembuatan jakaba ini tidak sulit. Berasal dari leri, selanjutnya cukup disiramkan atau disemprotkan ke tanaman. “Air leri itu banyak mengandung vitamin B kompleks. Kemudian difermentasi dengan biang jamur selama 20 hari,” paparnya.
Tumbuhan hasil pupuk organik ini, lanjut Isnawan, lebih tahan hama dan sehat. Sebab, terbuat dari bahan alami. Hasil panen tak mudah busuk. Kini dia mengaplikasikannya untuk cabai, buncis dan terong. Yakni dengan pola tanam tumpang sari.
Sayangnya, petani kini masih kurang sosialisasi mengenai manfaat pupuk organic tersebut. “Para petani banyak yang menginginkan hasil yang cepat, sehingga pupuk organik ini dinilai tidak efektif,” keluhnya. (mg1/wen)