KABUPATEN BLITAR – Beberapa toko emas dalam sebulan terakhir mulai dipadati kaum hawa. Diduga, jelang Ramadan mereka berbondong-bondong menjual perhiasan hingga emas batangan. Itu menyusul kenaikan harga jual logam mulia itu.
Pemilik toko emas di kios Pasar Wlingi, Wahyu Suryadi mengatakan, awal bulan ini harga jual emas batangan mengalami kenaikan yang cukup drastis. Jika mengacu harga sebelumnya, emas batangan 24 karat bertahan cukup lama di angka Rp 800 ribu per gram (gr). “Sejak masuk Maret, harga emas memang naik. Sekarang hampir Rp 900 ribu per gr,” jelasnya kepada Koran ini, Minggu (27/3) kemarin.
Tak hanya emas batangan, kenaikan harga jual juga terjadi pada kategori emas lainnya. Misalnya untuk emas muda kadar terendah yakni 6 karat, harga sebelumnya Rp 345 ribu per gr. Sementara untuk kadar 9 karat harganya Rp 431 ribu per gr. Jika diakumulasikan, kenaikannya berkisar Rp 20 ribu-Rp 25 ribu.
Kemudian, untuk emas tua kadar 16 karat, kini harganya menyentuh Rp 655 ribu per gr. Sebelumnya, harga emas terbilang cukup rendah, yakni Rp 625 ribu per gr. Lalu untuk harga emas kadar 17 karat, dibanderol senilai Rp 705 ribu. Sebelumnya, harganya berkutat di angka Rp 680 ribu-Rp 690 ribu per gr.
“Untuk emas batangan, di tahun lalu malah sempat lebih dari Rp 900 ribu per gr. Sebelum ada kenaikan, antara yang jual dengan yang beli, banyak yang beli. Tapi kalau pas harga naik, banyak yang jual,” ungkapnya.
Sementara di toko emas lainnya di Garum, kondisi harga emas juga terpantau sama. Untuk emas batangan 24 karat, harga sebelumnya tak jauh berbeda dengan kios wilayah Wlingi. Yakni, berkisar di angka Rp 820 ribu-Rp 830 ribu per gr. Dua pekan terakhir naik menjadi Rp 895 ribu per gr.
Seorang penjual emas lain bernama Taufik mengaku, banyak warga yang tiba-tiba berdatangan ke tokonya. Menurut dia, hal itu sudah biasa terjadi di kalangan penjual perhiasan emas. Terlebih, kurang dari sepekan, umat Islam akan menyambut Ramadan. Ini juga menjadi indikator kenaikan harga emas.
“Kalau emas batangan, patokannya di kurs dolar. Bisa berubah sewaktu-waktu. Tapi, biasanya juga mengikuti momen. Salah satunya Ramadan nanti,” ungkapnya.
Ditanya soal kemungkinan stabilitas harga emas pasca- Ramadan dan Idul Fitri, jelas Taufik, dirinya tak bisa memprediksi. Sebab, jika berkaca pada pengalaman tahun lalu, perkiraannya sempat meleset. Sempat mengira harga emas akan turun pasca-Lebaran, justru naik beberapa kali lipat.
Ibu rumah tangga asal Pasirharjo, Kecamatan Talun, Suparti mengatakan, dirinya sudah menunggu kenaikan harga emas itu. Sebab, kata dia, uang hasil menjual tersebut akan digunakan untuk keperluan lain. Dengan demikian, ada sedikit untung, utamanya saat harga emas melejit.
“Sudah dari pertengahan bulan ini pengen jual. Buat beli sembako dan sebagian dibelikan perhiasan lagi. Lumayan pas harga naik ini,” terangnya. (mg2/c1/ady)