TULUNGAGUNG – Para warga binaan berhasil membangkitkan kesenian jaranan yang belasan tahun vakum di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Tulungagung. Hasilnya, tercipta pertunjukan jaranan heboh dan menarik perhatian ratusan pasang mata di lapas.
Suasana berbeda terlihat di Lapas Kelas IIB Tulungagung Rabu pagi (30/3) lalu, para warga binaan pemasyarakatan (WBP) terlihat ceria saat itu. Beberapa dari mereka terlihat memakai kostum jaranan, kesenian khas Jawa Timur yang sering ditemui setiap acara Jawa. Namun baru kali ini di lapas terlihat kesenian ini, setelah 15 tahun vakum.
Meski ratusan WBP ini hidup di balik jeruji Lapas Kelas IIB Tulungagung, tak menyurutkan semangat mereka untuk melestarikan tradisi kesenian Jawa. Keberadaan kelompok jaranan dalam lapas tentu mendapatkan apresiasi tersendiri, karena setelah 15 tahun silam baru kali ini terbentuk lagi kelompok seni jaranan itu.
Adaya kelompok kesenian jaranan ini mendapatkan apresiasi dari orang nomor satu di Lapas Kelas IIB Tulungagung, yakni Tunggul Buwono. Baginya adanya kelompok ini membuat suasana lapas semakin sibuk, sehingga warga binaan tidak merasa bosan. Selain itu terbentuknya kelompok jaranan di dalam lapas, bermula dari inisiatif warga binaan yang memiliki latar belakang seniman jaranan. Awalnya hanya ada lima warga binaan yang bergerilya membentuk kelompok jaranan tersebut.
“Dari lima warga binaan itu awal mulanya bergerilya untuk mencari warga binaan lain yang memilik kemampuan dalam menari jaranan. Mereka mencari dari satu blok ke blok lainnya dan menawarkan warga binaan lain untuk membentuk kelompok jaranan,” ujarnya.
Upaya lima warga binaan itu akhirnya membuahkan hasil, bahkan hingga kini terbentuk empat kelompok jaranan kreasi di dalam lapas. Dalam setiap kelompok jaranan terdiri dari lima orang, yang tentunya mereka dulunya pekerja seni yang terjerumus ke dunia hitam. Namun dari semangat mereka dalam kesenian jaranan ini, pihak lapas optimis dapat menyembuhkan mental para warga binaan dari hukuman yang dijalaninya.
Ketika telah terbentuk empat kelompok jaranan, akhirnya mereka mengajukan kepada petugas lapas untuk mewadahi kelompok jaranan di dalam lapas. Mereka hampir setiap hari latihan, pihak lapas pun juga memfasilitasi hal tersebut dengan mendatangkan pelatih dan pelatihan diadakan dua kali seminggu.
“Alhamdulillah kami dapat mewadahi ke empat kelompok jaranan itu, dengan menurunkan pelatih jaranan dari luar lapas. Ada dua pelatih jaranan yang kami fasilitasi pada kelompok jaranan tersebut,” ungkapnya.
Dia menceritakan, jika dari ke empat kelompok jaranan yang ada di dalam Lapas Kelas IIB Tulungagung, setiap kelompok jaranan memiliki kreasi tari yang beragam. Antarkelompok tariannya tidak ada yang sama, sehingga dapat dinikmati penonton dan tidak monoton.
Dia menjelaskan, keberadaan kelompok jaranan di dalam Lapas Kelas IIB Tulungagung memang sudah lama vakum. Setidaknya sudah 15 tahun tidak ada kelompok seni jaranan di dalam lapas. Bahkan kelompok jaranan ini baru terbentuk dua bulan yang lalu dan syukurnya mereka bisa cepat membuat tarian jaranan seperti pelaku seni profesional.
“Karena telah lama mereka mempersiapkan kesenian jaranan dan latihannya juga memakan tenaga dan waktu. Sekalian kami adakan lomba yang bertepatan dengan adanya, Hari Bakti Kemasyarakatan Ke-58 tahun 2022,” jelasnya.
Pihaknya melombakan kelompok jaranan dalam kegiatan pekan olahraga dan seni (porseni) khusus warga binaan lapas. Ke empat kelompok jarana yang dilombakan, berasal dari lintas blok dengan berbagai latar belakang kasus yang berbeda. Mereka terlihat antusias adanya kesenian jaranan ini tumbuh kembali di lapas.
“Jadi sekalian kami lombakan seni jaranan. Di samping juga ada perlombaan lainya. Seperti lomba voli, tenis meja, bulu tangkis dan lomba jaranan itu sendiri. Pastinya kami berika reward untuk mengapresiasi para sang juara di porseni ini,” pungkasnya. (*/din)