TULUNGAGUNG – Adiksi atau kecanduan pornografi pada remaja dapat merusak lima bagian otak sekaligus dan dapat merusak mental. Bahkan, dampaknya lebih parah dari kecanduan narkoba. Faktor pergaulan, gaya hidup, dan kurangnya perhatian dari orang tua menjadi potensi terjadinya adiksi pornografi. Kemudian, untuk meminimalkan hal tersebut perlu adanya pengawasan dan edukasi seksual sesuai dengan usia.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Tulungagung, Ifada Nur Rohmaniah mengatakan, kecanduan pornografi pada anak dapat menyebabkan kerusakan lima bagian otak sekaligus. Kerusakan otak akibat kecanduan pornografi sama halnya dengan kerusakan otak akibat kecelakaan dengan kecepatan sangat tinggi, bahkan lebih merusak dibandingkan kerusakan otak akibat narkoba. “Jika terlalu adiksi hingga tidak bisa menghentikan, maka akan timbul ketergantungan. Ada anak yang sampai tidak bisa sekolah karena ketergantungan pornografi,” jelasnya kemarin.
Potensi terjadinya adiksi pada anak dikarenakan faktor pergaulan, gaya hidup, dan kurangnya pengawasan orang tua. Pada masa usia remaja, bagian otak yang sering digunakan akan berkembang, sedangkan bagian otak yang jarang digunakan akan terpangkas.
Menurut dia, jika adiksi pornografi ini berlangsung secara terus-menerus, maka akan menimbulkan perubahan drastis pada neurotransmiter. “Itu bisa menyebabkan perubahan sistem limbik, lemahnya sistem kontrol, sehingga terjadi perubahan-perubahan fungsi otak termasuk emosi, kognisi, konsentrasi, persepsi diri, perilaku, dan disfungsi organ,” paparnya.
Selain itu, hal negatif yang timbul akibat pornografi di antaranya tindak kriminal bahkan dianggap dapat merusak mental seseorang. Adapun rusaknya mental akibat adiksi pornografi seperti kecemasan berlebih, depresi, sampai persepsi negatif terhadap diri sendiri, dan berbagai penyakit mental lainnya. Pornografi sudah lama dianggap sebagai salah satu penyebab terbesar rusaknya mental dan moral generasi muda. “Adiksi dengan pornografi itu bisa menyebabkan mudah tersinggung, kurang sabar, gelisah, dan gampang terpancing emosi,” paparnya.
Perlu adanya peran aktif dari keluarga dan orang tua untuk meminimalkan terjadinya adiksi pornografi pada anak. Seperti memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak, mengawasi anak saat menggunakan internet, dan memberikan edukasi seksual sesuai dengan perkembangan anak. “Berbicara soal edukasi seksual itu sering dianggap tabu. Sekarang stigma itu harus dihapuskan, karena ini menyangkut masa depan dari generasi-generasi muda di Tulungagung,” pungkasnya. (mg2/c1/din)