ePaper Radar Tulungagung | Semakin Dekat dengan Pembaca
Tuesday, March 28, 2023
  • Home
  • ePaper
  • About Us
  • Contact
  • Career
No Result
View All Result
  • Home
  • ePaper
  • About Us
  • Contact
  • Career
No Result
View All Result
ePaper Radar Tulungagung | Semakin Dekat dengan Pembaca
No Result
View All Result
Home Sosok

Kegigihan Ketut Sunyoto Kenalkan Teh Tubruk Produk Lokal

by Anggi Septian Andika Putra
in Sosok
0

TULUNGAGUNG – Sudah satu dekade ini Ketut Sunyoto gigih dalam mengenalkan produk lokal teh asal Kecamatan Sendang. Dia pun tak ingin tanaman dengan nama latin Camellia sinensis ini hilang dari Kabupaten Tulungagung. Sebab sudah menjadi ciri khas sejak zaman Belanda jika daerah tersebut berperan sebagai penghasil tumbuhan kaya antioksidan itu.

Hati tergerak untuk mengembangkan dan mengenalkan teh lokal ini muncul ketika Ketut Sunyoto menjadi guru olahraga di salah satu SMA di Kecamatan Tulungagung tahun 2012.

Dia ketika itu sering berkumpul dengan teman-temannya dan menanyakan tentang teh. “Waktu itu mulai tergerak, sebab sepengetahuan saya teh lokal belum banyak dipasarkan. Padahal, teh asal daerah Penampihan, Sendang itu sudah kondang sejak dulu,” terangnya kemarin (1/3).

Obrolan itu membuatnya penasaran akan teh asal Sendang tersebut. Sebab pengetahuan dia tentang teh selama ini hanya ketika melihat orang tuanya menyeduh teh, tanpa tahu bagaimana proses pemetikan, pengolahan, hingga penyajian.

Warga Desa Dono, Kecamatan Sendang, ini lantas mulai melakukan eksperimen dengan datang ke lokasi Desa Penampihan. Yaitu datang ke ibu-ibu di desa setempat yang memiliki tanaman teh. Dia mencoba menggali informasi dari warga sekitar. Hasilnya, rata-rata dari mereka mengonsumsi teh untuk keluarga sendiri dan tidak dipasarkan.

Cara penyajian mereka pun masih sederhana. Yaitu menggunakan daun teh yang sudah melewati proses pengeringan dan dicam air hangat beberapa menit lantas diseduh. “Istilahnya teh tubruk kalau orang sini menyebutnya,” ungkap pria 32 tahun ini.

Setelah mengetahui seluk-beluk teh dari hasil studi lapangan, tak lama kemudian dia mencoba membeli teh dari ibu-ibu warga setempat untuk dipasarkan. Di tahun itu, harga untuk 1 kilogram (kg) sekitar Rp 20 ribu.

Hampir satu bulan teh didapatkan dari warga desa yang berada di kaki Gunung Wilis ini. Kemudian, dia mengolahnya kembali untuk dipasarkan secara sederhana. Yakni, dalam bentuk sachet menggunakan plastik.

Niatan tinggi untuk melestarikan tradisi minum teh tidak menjadi halangan Mbah Djie, sapaan Putut, untuk memasarkan.

Usai mengajar di sekolah, teh-teh yang sudah dikemas ini dipasarkan ke warung-warung. Awal mula memang tidak semudah membalikkan tangan. Penolakan dari pemilik warung tidak sedikit, alasannya sudah ada teh dengan brand nasional.

Dia tak putus semangat meski mengalami kondisi kurang menguntungkan. Dia pun datang kembali untuk mengobrol dengan pemilik warung serta memberikan edukasi jika ada teh lokal yang lebih menarik. “Disentuh hatinya pemilik warung itu. Sebab, teh ini juga untuk membantu warga Penampihan jika ada yang membeli, apalagi harganya murah,” ungkap pria lulusan salah satu kampus di Kediri ini.

Mbah Djie hampir empat tahun memasarkan teh dari satu warung ke warung lain. Alhasil, ada ratusan warung yang aktif mengambil teh produknya.

Teh mulai dikenal dan membuatnya semakin senang. Sebab niatan untuk memberdayakan warga di desa setempat bisa tercapai. “Meski tidak banyak, setidaknya bisa membuat tanaman teh ini tidak dibiarkan warga, namun bisa dioptimalkan dari sisi ekonomi,” tandasnya.

Tak lantas puas dengan hasil selama ini. Dia masih ada keinginan mengenalkan teh kepada kaum muda. Sebab selama ini tidak populer.

Strategi pemasaran pun diubah. Jika dulu ke warung-warung, kini ke sejumlah kafe biasa anak muda berkumpul. Mbah Djie kebetulan juga memiliki kenalan di sebuah kafe. Hal itu pun digunakan untuk memberikan edukasi terkait teh lokal dan membuat temannya tertarik.

Tak ingin menyia-nyiakan pamor lagi naik daun, dia lantas membuat stan di Kali Ngrowo. Tidak sekadar menawarkan teh original, tapi ada beberapa racikan semisal menggunakan susu, jahe, talang, krisan, dan lain-lain. “Ada kedai sekarang, tapi sementara tutup karena direnovasi. Rencananya buat toko oleh-oleh teh dan tempat edukasi anak-anak guna mengenal tanaman teh,” tandasnya.

Tak ingin para pelanggan bosan, ada beberapa produk dimunculkan lewat teh premium. Hasilnya mulai ada peminat dari luar kota, termasuk Kediri, Jogjakarta, Jakarta, dan lain-lain.

Jika dilihat untuk tanaman teh, kata dia, hampir rata-rata sama. Tinggal proses pengolahan. Misalkan teh hijau ini untuk pelayuan daun tidak sampai hitam. Sedangkan teh hitam ini sampai gelap.

Untuk ciri-ciri teh hitam ini daunnya agak gelap, cita rasa pahit, dan warna air lebih tajam. Sedangkan teh hijau daunnya lebih hijau, warna air keemasan, dan rasa agak sepet.

Terkait proses pembuatan, yaitu dicelupkan air panas sekitar 3-5 menit cukup lantas diseduh. “Lebih enak disajikan tanpa gula, rasa teh akan lebih orisinal,” ungkapnya.

Salah satu hal yang hingga kini masih mengganjal di hatinya adalah bagaimana memperluas tanaman teh di Kecamatan Sendang. Padahal dulu ada pabriknya di zaman Belanda, namun kini sudah tidak ada.

Begitu juga dengan jumlah tanaman teh yang terus susut. Warga sekitar lebih mementingkan untuk tanam rumput gajah sebagai makanan sapi. Padahal, tanaman teh ini memiliki akar tunggang yang bermanfaat untuk mencegah longsor.
Jika tanaman ini dikembangkan, maka tidak menutup kemungkinan warga akan lebih berdaya dan ciri khas teh tubruk Tulungagung tetap bisa dipertahankan.

Tak kalah penting, peran pemerintah kabupaten (pemkab) untuk mengenalkan teh lokal perlu digenjot. Misalkan ada tamu dari luar daerah, bingkisan produk lokal bisa diberikan. “Jumlah permintaan banyak, tapi bahan baku tak bisa mencukupi,” pungkasnya. (*/c1/din)

 

 

 

 

 

Tags: kabupaten tulungagungkota tulungagungperistiwa tulungagungradar mataramanradar tulungagungtulungagungtulungagung hari initulungagung update
ShareTweetSendShareShare

Leave a Reply Cancel reply

Connect with:
Facebook Google Twitter

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • About
  • Advertise
  • Careers
  • Contact
Call us: +1 234 JEG THEME
No Result
View All Result
  • Home
  • Politics
  • Sports
  • Travel

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.