Tak tanggung-tanggung, event yang dia ikuti itu selevel kejurda yang diikuti oleh wakil terbaik dari beberapa daerah. Event yang digelar pada 10 sampai 14 April 2016 kala itu berhasil dilalui manis. Dia meraih tropi juara pertamanya dalam dunia olahraga. Di kelas 40 kilogram Zanwar berhasil meraih juara 1. “Event yang saya ikuti kali pertama itu namanya Batu Super Fight 3 se-Jatim,” akunya.
Meraih hasil positif, Zanwar kian bergairah naik panggung pertandingan. Tidak hanya regional, level lokal dan nasional tak pernah dia lalaikan. Setahun berikutnya dia tampil di kejurnas tinju junior yang dihelat di NTT. Hasilnya, dia kembali membawa tropi juara 1. Terbaru, Zanwar juga menyabet juara 1 dan petinju terbaik se-Jatim yang digelar di Ngawi akhir November lalu. “Yang terkahir (terbaru, Red) di Ngawi itu kejurprov,” katanya.
Zanwar memang lahir dari keluarga sederhana. Dia tidak begitu banyak bicara. Namun, dibalik sikap pemalu itu tersimpan otot yang mampu menumbangkan lawan. “Anaknya memang pendiam, sedikit pemalu tak banyak bicara,” ujar Subanul Edi, paman Zanwar.
Edi mengatakan, sejak kecil Zanwar memang pendiam. Dia tidak pernah bertengkar ataupun berkelahi dengan anakanak seusianya. Karena itulah Edi sempat kaget ketika melihat Zanwar memiliki ketertarikan dengan olahraga fisik. “Kalau di rumah dia biasanya bantu orang tua yang beternak kambing. Sekarang juga masih sama, kalau tidak ada latihan ataupun pertandingan ya tetap bantu pelihara ternak itu,” tandasnya. (hai/c1/wen/dfs)