KOTA BLITAR – Adanya gangguan sensorik pada anak menjadi suatu keresahan bagi orang tua (ortu). Karena itu, ortu harus mampu mengenali tanda-tanda jika si anak mengalami gangguan tersebut. Harapannya, anak bisa mendapatkan penanganan cepat dan tepat oleh ahlinya.
Sensori integrasi adalah proses mengenal, mengubah, dan membedakan sensasi dari sistem sensorik untuk menghasilkan suatu respons, yakni berupa perilaku yang bertujuan. Atau dengan kata lain, proses bagaimana mengalami, menafsirkan, dan bereaksi terhadap informasi yang datang dari indra yang dimiliki.
“Bisa dari penglihatan, pendengaran, pembau atau penciuman, pengecap rasa, peraba, keseimbangan dan koordinasi, serta kesadaran dan posisi tubuh,” kata Okupasi Terapis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mardi Waluyo Kota Blitar, Erna Sefiana Putri Rahayu, kemarin (2/6).
Menurut dia, sensori integrasi sangat penting dalam melakukan aktivitas keseharian. Yakni seperti bergerak, berpakaian, makan, minum, bersosialisasi, belajar, hingga bekerja. Apabila input sensorik tidak diintegrasi dengan tepat, maka akan menimbulkan gangguan perkembangan perilaku.
Adapun beberapa gangguan perkembangan sensorik yang bisa dikenali dan menjadi tanda bahwa sensorik seseorang atau anak belum matang. Di antaranya, berjalan jinjit, tidak suka berjalan tanpa alas kaki, tidak suka kotor atau jijik, gangguan keseimbangan seperti berjalan sering menabrak atau sempoyongan.
Kemudian, lanjut Lis, takut ketinggian dan benda bergerak seperti naik ayunan, naik turun tangga, dan naik kendaraan. Berikutnya, kesulitan memusatkan perhatian pada benda bergerak dan lain sebagainya. “Jika salah satu atau lebih tanda di atas muncul pada masa perkembangan anak, maka anak sedang mengalami gangguan. Segera periksakan ke ahlinya atau datang langsung ke Poli Okupasi Terapi RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar,” jelasnya.
Pemeriksaan itu berupa tindakan sensori integrasi. Ortu bisa mengonsultasikan gangguan yang dialami pada dokter spesialis. (*/sub/c1/wen)