TULUNGAGUNG – Karya seni yang unik pasti mengundang rasa keanehan tersendiri bagi masyarakat yang awam. Namun setelah menyadari dan memahami pasti akan kagum terhadap karya tersebut. Seperti yang dialami duo seniman residensi dari Pandai Ruang Studio, Jogjakarta, Wisnu Ajitama dan Muntoha Tris Subekti.
Seni yang mereka garap pada 11 November lalu merupakan pemasangan instalasi seni ramah lingkungan bertajuk Single Negative. Judul itu dipilih karena karya instalasi tersebut berdiri di atas hutan yang merupakan negative space dan berupa satu instalasi tunggal yang tidak terhubung dengan apa pun selain pohon jomblo yang ada di Tumpak Esis.
Instalasi seni ini berbahan limbah ranting dan batu yang digarap di kawasan Tumpak Esis, Candi Dadi, Desa Wajak Kidul, Kecamatan Boyolangu. Hasilnya, ranting berbentuk lonjong dengan luas 1×2 meter diletakkan di area Candi Dadi yang lokasinya di tengah hutan dan berada di wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Kalidawir.
“Bentuk instalasi seni yang lonjong itu merupakan representasi dari karpet. Karena setelah saya melakukan riset sekitar seminggu pada bulan Agustus, menemukan bila tempat ini dilirik oleh investor luar negeri,” kata Wisnu yang dihubungi setelah pembuatan karya.
Maksud representasi instalasi seni itu seperti karpet merah yang biasanya dipakai penyambutan para pejabat. Namun, bentuk karpet itu ternyata merupakan bentuk penolakan terhadap para investor luar negeri yang meminati beberapa material pada lahan ini.
Prosesnya pun tidak mudah, karena harus membuat empat sketsa terlebih dulu hingga menemukan bentuk yang sempurna. Selain itu, pembuatannya membutuhkan waktu 12 jam, yakni dari pukul 06.00 pagi hingga magrib. Namun karya dari Wisnu dan Muntoha ini lebih fokus untuk pengenalan kepada masyarakat sekitar.
“Respons masyarakat ya awalnya melihat merasa aneh. Karena sempat disebut bila karyanya seperti cacing. Namun setelah diberikan penjelasan, mereka merasa shock culture bila bahan limbah lingkungan bisa bermanfaat,” terangnya.
Sedangkan pemilihan lokasi Tumpak Esis, Candi Dadi didasarkan pada upaya reaktivasi candi sebagai salah satu lokasi wisata sejarah yang penting bagi Tulungagung. Selama ini, kawasan wisata Candi Dadi dianggap menurun pamornya karena kalah oleh wisata-wisata populer lain yang lebih mudah dijangkau.
“Masyarakat merespons baik program ini, dan ini sesuai juga dengan program-program yang akan dihidupkan kembali di daerah Candi Dadi karena ternyata kawasan ini menyimpan banyak potensi” tandasnya. (jar/c1/rka/dfs)