TRENGGALEK – Munculnya berbagai jenis ular di lingkungan tempat tinggal kerap membuat keresahan dan waswas. Sebab mayoritas orang yang melihatnya takut terkena gigitan serta sebagainya, hingga ingin membunuhnya. Namun di balik itu semua sebenarnya ada cara khusus guna mengatasi selain membunuhnya, seperti yang dilakukan tim Rescue Trenggalek Reptile and Exotic (T-Rex).
Baru-baru ini, banyak sekali kabar tentang munculnya ular di area perkampungan warga di Kota Keripik Tempe yang membikin resah. Sebab selain membahayakan, ular tersebut juga memakan hewan ternak milik warga.
Tak ayal, warga ya ng mendapati hal tersebut langsung mengambil berbagai peralatan yang ada untuk mengusir dan membunuhnya. Hal tersebut ternyata salah jika dilakukan oleh warga. Sebab dengan itu bisa mengaki batkan musuh alami ular, seperti tikus dan sebagainya menjadi banyak.
“Sebenarnya jika ada ular masuk rumah boleh membunuhnya asalkan benar-benar mengancam, namun jika ular itu diam sebaiknya jangan. Sebab, ular bisa membantu untuk mengusir hama,” ungkap salah satu anggota tim Rescue T-Rex Nanang Kurniawan.
Kendati sejatinya cara penanganannya sama, namun alangkah lebih baik diketahui jenis ular yang masuk ke rumah itu merupakan jenis ular berbisa atau tidak. Sebab, hal tersebut akan membantu dalam melakukan penangkapan untuk menghindari cedera yang nanti ditim bulkan. “Terpenting dalam hal ini adalah jangan panik, dan ji ka memungkinkan foto dahulu jenis ular yang ada untuk mem permudah identi fikasi, apakah jenis berbisa atau tidak,” katanya.
Jika yang akan ditangkap jenis ular tidak berbisa seperti piton, semula harus diperkirakan panjangnya. Jika ukuran panjangnya lebih dari dua meter, untuk meng hindari lilitannya lebih baik dilakukan dua orang atau lebih. Setelah itu barulah men cari tongkat, seperti sapu dan sebagainya. Peralatan tersebut dilakukan untuk mengalihkan perhatian ular, juga menekan kepalanya.
Jika perhatian ular sudah dialihkan, dan kepalanya sudah ditekan atau dicapit, mulut ular langsung dilakban, dan masukkan ular ke tempat yang aman melalui ekornya. Sebab jika dari kepala, ekor ular akan mudah melilit orang yang akan menangkapnya. “Terlebih dalam proses ini dilakukan dengan cara perlahan untuk mencegah keagresifan ular,” imbuh warga Desa/Kecamatan Gandusari ini.
Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan Hengky Prabowo, anggota tim lainnya. Sejatinya, ular tidak akan menyerang jika tidak merasa terancam. Ma ka seluruh proses tersebut harus dilakukan dengan pelanpelan dan jangan asal menangkap. Jika saat ditangkap ular melilit, maka teman yang ada bisa membantu untuk melepaskan lilitan tersebut. “Jika digigit saat menangkap dan lupa menutup mulut ular dengan lakban, maka gigitan tersebut jangan asal ditarik sebab akan semakin membuat luka dalam. Lebih baik kepala ular itu dipegang, sebab beberapa saat setelah menggigit akan melepas sendiri, apalagi gigitannya tidak beracun,” imbuhnya.
Namun jika yang masuk ular berbisa, yang dilakukan tetap sama, yaitu mencari tongkat yang agak panjang. Sebab, ular jenis tertentu seperti kobra bisa menyemburkan bisa sehingga lebih baik penang ka pannya dilakukan dari jarak jauh. Dari situ jika keadaannya sudah me ngancam jiwa, dan tidak ada lagi yang bisa dilaku kan, mem bunuh ular tersebut merupa kan opsi terakhir.
“Karena itu lebih baik mengan tisipasi agar ular itu tidak ma suk ke rumah. Bisa dilaku kan dengan cara menutup lubang yang kemungkinan menjadi tempat masuknya ular, juga dengan memberi wangi-wangian di rumah. Sebab, ular tidak suka wangi yang terlalu menyengat,” jelasnya. (jaz/c1/rka)
