TULUNGAGUNG – Setelah peristiwa kebakaran di pasar Campurdarat setahun silam yang membakar habis sekitar 70 persen area pasar, kini kondisi pedagang di pasar tersebut sangat memprihatinkan.
Meski tidak semua, terlihat bangunan semi permanen dan terpal dipergunakan pedagang untuk berlindung dari panas matahari.
Tak hanya itu, banyak pedagang menggunakan kayu bekas yang telah hangus terbakar digunakan kembali, untuk menyangga bangunan kios semi permanen tersebut.
Pedagang asal Desa Pelem, Sumini mengatakan, usai peristiwa kebakaran yang membakar habis kiosnya, dia terpaksa berhenti berjualan selama 3 hari. Setelah itu, dipindahkan di sebelah timur pasar untuk menempati kios di sana.
Menurut dia, minat pembeli di area tersebut cenderung sepi pembeli. Hingga setelah 3 bulan menempati kios di sisi timur pasar, dirinya pindah dan menepati tempat kiosnya dulu yang ludes terbakar. “Sebenarnya sudah disediakan tempat di sisi timur pasar, tapi minat pembeli di sana sepi. Makanya pindah lagi di sini,” jelasnya Senin (11/4).
Lanjut dia, ketika memilih pindah ke kiosnya dulu, maka harus melakukan beberapa perbaikan. Mulai dari membeli kayu ring, atap seng dan terpal untuk berlindung dari panas matahari dan melindungi barang dagangannya. Selain itu, juga masih menggunakan kayu-kayu bekas terbakar untuk menyangga atap seng miliknya.
Dia mengaku, usai peristiwa kebakaran, mendapatkan bantuan sebesar Rp 1 juta dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung. “Bantuannya hanya setelah kebakaran itu, setelah itu tidak ada bantuan lagi,” paparnya.
Dia menambahkan, setelah pindah di kios lamanya. Tingkat konsumen di area tersebut cukup banyak, karena berada di dalam pasar. Dalam sehari, dapat menjual barang dagangan berupa sembako sekitar Rp 70.000 hingga Rp 100.000 per hari. “Sekarang usia saya sudah 67 tahun Mas dan masih punya tanggungan 1 cucu karena ibunya sudah meninggal dan bapaknya sekarang menderita stroke,” tutupnya.
Berbeda dengan Sumini, pedagang tempe asal Desa Campurdarat, Wiwid Ashrih mengatakan, telah menghabiskan sekitar Rp 700.000 untuk membangun kembali kiosnya yang habis terbakar. Perempuan berusia 46 tahun tersebut, kini bisa dapat penghasilan bersih dari hasil penjualannya sekitar Rp 30.000 hingga Rp 40.000 per hari. Namun, dia tidak pernah dapat bantuan dari pemkab baik berupa bangunan maupun uang tunai, usai peristiwa kebakaran tersebut. “Memang tidak semua dapat Mas, banyak yang dapat dan ada juga tidak dapat bantuan sama sekali,” ucapnya.
Lanjut dia, sangat menanti janji pembangunan revitalisasi pasar Campurdarat Tulungagung. Meski telah mendirikan bangunan semi permanen masih khawatir jika tragedi kebakaran terulang kembali. Pasalnya bangunan yang telah mereka dirikan sangat rentan dengan api.
Dia berharap agar pembangunan revitalisasi pasar Campurdarat agar segera dibangun kembali, dengan bangunan-bangunan permanen. “Ini cuma dari kayu kan Mas dan atapnya juga masih dari seng. Takutnya nanti kalau kebakaran lagi pasti ludes, karena bangunan ini juga rentan oleh api,” pungkasnya. (mg2/din)