Masa kecil Kiai Haji Muhammad (KHM) Sirodj mengenyam pendidikan dasar di SR (Sekolah Rakyat). Saat itu, beliau memiliki keinginan kuat untuk memperdalam ilmu agama Islam. Hal tersebut disambut baik orang tuanya yang memiliki niat untuk mengirim putranya ke pondok pesantren (ponpes). Apalagi, keluarganya tergolong santri dan kondisi ekonominya sangat mendukung.

Setelah menyelesaikan pendidikan di SR, KHM Sirodj dikirim ke Ponpes Tebu Ireng yang diasuh Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari, seorang ulama kharismatik pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Pesantren inilah yang memberikan pengaruh besar terhadap perjalanan hidup KHM Siradj di kemudian hari. Beliau memiliki minat yang sangat tinggi terhadap pendidikan Islam.
Karena itu, meskipun telah nyantri beberapa tahun kepada KH Hasyim Asyari, beliau masih melanjutkan nyantri di salah satu ponpes tertua di Jawa Timur (Jatim). Yaitu, Pesantren Dresmo Sidosermo, Surabaya. Kemudian melanjutkan ke Pesantren Mojosari, Nganjuk dan Purwoasri, Kediri. Dengan ilmu agama Islam yang didapatkannya dari pesantren, beliau ingin menjadi orang yang berguna bagi orang lain dengan mengajarkan ilmu yang didapat kepada muridnya.
Sekembalinya dari Ponpes Dresmo Surabaya, KHM Siradj melanjutkan menuntut ilmu bela diri di Kedung Bunder, Lodoyo, Blitar. Beliau menganggap ilmu bela diri penting dipelajari karena kondisi negara pada zaman itu. Ilmu bela diri yang dipelajari memang benar-benar bermanfaat dalam perjuangannya. Setelah selesai belajar ilmu bela diri, beliau bergabung dengan Laskar Hizbullah sejak zaman pendudukan Jepang hingga Agresi Militer Belanda, dan dipercaya sebagai pembina tentara Islam dalam penumpasan PKI Madiun.
Selain berkontribusi dalam penumpasan PKI Madiun, KHM Sirodj juga berjasa dalam penumpasan sisa-sisa pemberontakan G/30/S/PKI di Tulungagung dan Blitar selatan bersama TNI. Dalam peristiwa ini, KHM Siradj menjadi tokoh sentral dan menjadikan rumah beliau sebagai posko dan tempat penggemblengan “kadigdayan” pasukan penumpas PKI. Atas jasa-jasanya, KHM Sirodj mendapatkan penghargaan dari Letjen Witarmin selaku Pangdam V Brawijaya.
KHM Sirodj berperan besar pula dalam bidang pendidikan, khususnya di Tulungagung selatan. Selama menjadi ketua MWT NU, beliau adalah pemrakarsa berdirinya 22 madrasah ibtidaiyah, (MI), sebuah PGAP (sekarang MTsN 2 Tulungagung), dan MTsAIA (sekarang MTs Aswaja).
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kini kiprah dari tokoh tersebut diteruskan oleh sang anak. “Sejak tahun 1957, Bapak (KHM Sirodj) sudah merintis pendidikan agama untuk warga sekitar,” ungkap anak ketiga dari KHM Sirodj, H Syamsul Laily SH MM.
Mantan Kepala Bakesbangpol Tulungagung pada Masa Bupati Ir Heru Tjahjono MM ini bertekad dengan berbagai perjuangan dari sang bapak akan mengelola dan meneruskan peninggalannya. Termasuk kini Yayasan Ponpes Panca Hidayah mengelola unit lembaga Takmir Masjid Panca Hidayah, Madin, TPQ, PAUD, RA, MI, SMK, PKBM, Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKSA) atau pantai asuhan di Jl. KH Sirodj No 1 Tunggangri, Kalidawir.
Dengan berbagai kesibukannya, H Syamsul Laily SH MM tetap mengola menajemen waktu dengan baik. “Selaku Ketua Yayasan Ponpes Panca Hidayah berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana lembaga-lembaga tersebut,” kata lulusan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Semarang sekaligus S-2 di bidang manajemen ini.
Sumber daya manusia (SDM) dari semua lembaga tersebut sekitar 300 orang termasuk siswa guru dan karyawan. “Kalau waktu longgar, saya setiap hari olahraga pagi, wisata religi ke wali Jatim, rutin puasa Senin-Kamis,” tandasnya.
Ke depan, kata pria yang pernah menjabat Ketua MWC NU Kalidawir dan pernah menjadi calon ketua PCNU Tulungagung ini, akan terus mengembangkan unit pendidikan kejuruan dengan menambah jurusan farmasi dan pendirian klinik. “Saat ini sudah ada Klinik Dokter Yayuk, mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa menjadi rumah sakit,” ungkapnya.
Dia berharap lulusan dari lembaga pendidikan Panca Hidayah ini menjadi anak-anak saleh, bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara. “Tentu pekerjaannya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki mereka,” tandasnya.
Selain itu, beliau akan berkonsisten dalam dunia pendidikan, ekonomi, sosial, keagamaan, sebagai penerus KHM Sirodj. “Walaupun sudah pensiun tetap mengabdi kepada masyarakat, demi tegaknya amar makruf nahi mungkar,” bebernya.
Bagaimana pengabdian di bidang politik? Dia mengaku, sebagai pelayan dan abdi masyarakat, apabila berkembang aspirasi dan dikehendaki masyarakat, maka akan dipertimbangkan dan siap melaksanakan amanat masyarakat. “Selamat Hari Santri 2022,” pungkasnya.(*/c1/din).