KEDUNGWARU, Radar Tulungagung – Menjadi penggerak bagi masyarakat dalam melestarikan budaya asli Indonesia merupakan suatu kebanggaan yang diraih bagi tokoh-tokoh tertentu. Mengajarkan sebagian kecil bidang seni kepada masyarakat menjadi bentuk apresiasi untuk memajukan kesenian yang diajarkan turun-temurun.
Mereka adalah Ammy Aulia Renata, dan Danang Sri Surya. Pasangan suami istri (pasutri) asal Desa Ringinpitu, Kecamatan Kedungwaru, itu menerapkan jiwa keseniannya menjadi hal yang bermanfaat bagi sekitar.
Tak heran, keduanya merupakan alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan mulai menetap di Kota Marmer sejak 2016 silam. Renata, sapaan akrab sang istri pun mulai menceritakan awal mula mereka mendirikan sanggar bernama Sanggar Seni Candra Mustika. Tujuannya, menggeber masyarakat sekitar untuk turut serta dalam pentas. Hal ini karena mereka berdua menganggap bahwa seluruh masyarakat memiliki bakat di bidang seni.
Ibu dengan satu putra itu menjelaskan, kala itu mereka mengajak para pelajar dan seniman asal Kota Marmer untuk bergabung dalam pentas peringatan Hari Tari Sedunia di ISI Surakarta. Dalam penampilan tersebut, keduanya tergugah untuk berkontribusi dalam kegiatan masyarakat dalam pentas tari kontemporer.
“Saat itu turun ke lapangan untuk melatih tari Rampak Lesung, dengan penarinya yaitu ibu-ibu rumah tangga (IRT) dan pemain musik dari sejumlah warga di Desa Picisan, Kecamatan Sendang,” katanya.
Sang suami, Danang Sri Surya mengatakan bahwa semenjak berkontribusi untuk menggarap kegiatan seni budaya di Picisan kala itu, dirinya dengan sang istri memutuskan untuk menekuni agenda pentas di wilayah lain. Yakni dengan membuka kesempatan bagi seluruh masyarakat apabila ingin ikut tampil.
Salah satu performance dengan jumlah penari yang banyak yaitu Kirab Tradisi Siraman Barongan pada 2018 lalu. Dalam acara tersebut, setidaknya sebanyak 200 orang turut mendaftar sebagai anggota arak-arakan barong.
Danang dan Renata terus merangkul masyarakat dengan berekspresi melalui seni. Lantaran, mereka menganggap bahwa seluruh masyarakat memiliki bakat seni tersendiri. Tergantung bagaimana mengolah dan menerapkan menjadi suatu karya seni yang indah nan elok bagi penontonnya. (zul/c1/din/dfs)