TULUNGAGUNG- Tumpukan karung goni berserakan memenuhi rumah Samsul Khoiri. Dengan kreativitasnya memandang barang bekas karung goni yang dapat dibuat berbagai motif tas, bahkan produknya pernah dipasarkan hingga ke Jakarta dan Bali sebelum pandemi Covid-19.
Dengan nada tenang, Samsul menceritakan, usaha pembuatan tas dari karung goni bekas ini sudah ditekuni sejak 2013 silam. Dia tidak menyangka bahwa tas yang dibuatnya ini dapat laku dan setiap ada acara pencinta Vespa pasti laris. Padahal, dia awalnya hanya belajar secara otodidak dan berniat membuat produk tas dengan modal yang tidak mahal.
“Saya awalnya ingin membuat sebuah tas unik dari tangan sendiri. Selain itu, memiliki bahan yang kuat serta memiliki daya tarik bagi semua kalangan, tapi dengan harga jual yang terjangkau,” ujarnya.
Menariknya, Samsul tidak memiliki pengalaman membuat tas, apalagi sebelumnya juga tidak bisa menjahit. Namun, karena niat dan nekat untuk mewujudkan idenya, dia belajar menjahit pada penjahit baju sehingga berhasil membuat berbagai model tas yang berbahan dasar karung goni bekas.
Motif yang diciptakan tidak kalah bagus dengan karung goni yang ada di pasaran. Beberapa tas diberi gambar hal-hal berbau Vespa lantaran banyak peminat tas dari pencinta motor Vespa. Mulai dari gambar motor Vespa hingga helm yang terdapat ilustrasi Vespa. Terkadang, untuk memperindah tas goni, dia menambahkan aksesori dari kelapa dan lainnya.
Pria 43 tahun ini sekarang melihat peluang untuk mengambil karung goni bekas cabai dan kacang tanah di pasar untuk bahan pembuatan tas. Namun, dia tetap memilih karung berkualitas bagus sehingga dapat tercipta tas yang tahan lama. Maka, harus pintar dan selektif dalam memilih bahan.
Sebelum Korona, Samsul pernah mencari bahan karung goni hingga ke Jombang, Kediri, dan Blitar untuk mendapat kualitas baik. Namun setelah pandemi, dia berhasil mendapatkan penjual karung goni yang cocok dengan seleranya. Dia biasanya membeli karung goni bekas di pasar seharga Rp 4 ribu per buah. Selain itu, karung goni memiliki daya tahan lama dan memiliki serat unik.
Dia mengungkapkan bahwa terkadang masih merasa kesulitan dalam mencari bahan karung goni. Itu lantaran pengirimannya telat dan kualitas karung goni yang cocok dengannya hanya sedikit. Bahan karung goni yang dicarinya itu tipis dengan harga terjangkau. Namun, banyak disediakan karung goni yang tebal, untung saja penjualnya dari Tulungagung sehingga tidak terlalu mahal.
“Kini semua proses pembuatan tas berbahan dasar karung goni bekas, saya kerjakan sendiri. Mulai dari mencari bahan, mencuci karung goni, memotong hingga menjahit, saya kerjakan sendiri. Meski terkadang istri ikut membantu, saya menjahit dengan cara saya sendiri,” tuturnya.
Pencinta Vespa ini mengungkapkan, model tas berbahan karung goni bekas dibuatnya juga ada berbagai macam. Mulai dari model selempang, model bulat, model tabung, model tas belanja, dan masih banyak lainya. Bahkan jika ditelisik, Samsul menghitung ada lebih 10 model tas goni yang telah dia buat selama 8 tahun ini.
Dia mengungkapkan, biasanya dalam sehari dia membuat satu motif tas goni. Bahkan juga bisa membuat dalam jumlah selusin, yang dimungkinkan bisa mencapai seminggu pembuatannya. Namun, itu tetap tergantung model yang dipesan. Apabila motif langsung dari pembuatannya, maka lebih cepat.
“Untuk model yang laris terjual adalah tas goni dengan model kotak kecil selempang, lantaran terlihat simpel. Sedangkan untuk harganya terjangkau, dibanderol mulai harga Rp 40 Ribu hingga Rp 110 ribu per biji,” terangnya.
Disinggung terkait pemasaran produknya, Samsul menjelaskan bahwa untuk memasarkan tas goni yang dibuatnya menggunakan media sosial (medsos). Namun, sekarang jarang dilakukan karena dia hanya sebentar memegang ponsel. Pemasarannya lebih banyak memanfaatkan pergelaran event-event komunitas Vespa untuk menjual tas goni miliknya.
Bahkan, setiap acara Vespa, bisa mencapai 30 hingga 40 biji tas yang terjual karena pencinta Vespa terkenal nyentrik. Apalagi tiap bulan dipastikan ada acara Vespa, tetapi banyak dari luar kota yang didatanginya. Paling jauh, dia pernah ke Jakarta dan Bali ketika sebelum pandemi. “Memang tas goni ini paling banyak peminat dari kalangan muda, lantaran banyak pencinta Vespa yang masih muda. November ini saja, saya sudah siap memproduksi puluhan tas untuk acara akhir bulan di Solo,” pungkasnya. (*/c1/din)