TRENGGALEK – Ida Dwi Lestari pernah mengalami kondisi terpuruk saat menjalani bisnis salon pada 2016 lalu. Seluruh asetnya senilai Rp 2 miliar (M) lenyap. Dua tahun mengalami stres (tertekan, Red), Ida kembali bangkit. Memulai usaha dari nol yang kini tinggal memetik buahnya.
Ibu dua anak itu simbol kegigihan. Enam tahun lalu menjadi cerita kelam bagi wanita berjilbab itu. Bisnis salon yang sudah berkembang hingga 13 ribu konsumen berakhir pahit. Nyaris semua asetnya ludes.
Masa-masa itu membuat Ida sangat terpuruk. Harta bendanya seolah tak bersisa, namun ada saudaranya yang memberikan semangat sewaktu masa-masa kelam. Dukungan itu bagaikan setitik cahaya yang mampu mengubah keterpurukan Ida.
Dua tahun setelah masa kelam, Ida memberanikan membuka usaha madu mongso. Usaha itu didapatkan dari saran saudaranya, jika rasa madu mongso warisan keluarga enak. Wanita kelahiran 1975 itu lantas mencobanya.
Tentu, merintis usaha baru tak selalu berjalan mulus. Pada 2018, produksi madu mongso Ida sering kena retur karena sepi konsumen. Namun dia tak menyerah, Ida terus mengembangkan jangkauan pemasarannya hingga ke Surabaya. “Dibantu saudara yang juga pengusaha untuk memasukkan madu mongso ke toko-toko maupun swalayan,” ujar wanita ramah itu.
Lambat laun, usaha madu mongso Ida semakin melejit. Produksinya menyentuh 6 kuintal tiap menjelang Lebaran. Kemasan jajanan tradisional itu simpel, berukuran kecil seukuran permen. Dari usaha itu, Ida bisa mengembangkan omzet hingga Rp 30 juta. “Madu mongso jenis usaha musiman, biasanya tiga bulan sebelum Lebaran, itu baru produksi. Penghasilan per bulan sekitar Rp 10 juta,” ujarnya.
Jajanan tradisional dari resep keluarga itu mampu menambah ekonomi Ida. Secara telaten, dia memutar uang untuk usaha baru. Misal kos-kosan, mukena, busana, katering, produk kecantikan, hingga kerajinan tas. Dari perputaran uang itu, Ida berhasil mengembalikan modal semasa terpuruk lalu, dan menunaikan ibadah haji. “Alhamdulillah, sudah memberangkatkan orang tua naik haji juga,” ucapnya.
Dari pengalaman kelam, Ida meyakini bahwa harta benda bisa lenyap kapan pun. Keyakinan itu mengubah jalan hidupnya yang lebih mengutamakan ibadah dan berkecimpung di dunia sosial. Salah satunya dengan membantu orang-orang yang berekonomi lemah, memperdayakannya agar mendapat penghasilan. “Saya rasa kunci usaha dengan bersedekah, membantu memberdayakan perempuan berekonomi lemah, dan ketenangan hati kita dapatkan,” ujarnya.(*/c1/rka)