TULUNGAGUNG – SMA Al Azhaar Tulungagung menggelar pelatihan karya ilmiah remaja (KIR) pada 23 dan 24 Desember 2021. Untuk peserta di hari pertama yakni asatidz dan asatidzah LPI AL Azhaar, dan hari kedua dari santri serta wali santri dari semua jenjang pendidikan di Al Azhaar ini.
Acara dimulai pukul 07.45 digelar di gedung aula Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung. Acara dipandu oleh dua MC dari OSIS SMP, dan dilanjutkan dengan pembacaan dzikir jama’i ustadz Abidin. Lantas dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh Ananda Putri Wardah Amelia, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Direktur LPI Al Azhaar, KH Imam Mawardi mengatakan KIR adalah bagian dalam pembentukan karakter putra-putri dalam hal tanggung jawab. Asatidz bertanggung jawab kepada santri untuk memiliki teamwork terorganisir, baik, dan solid.
Selain itu, manfaat KIR di antaranya, mengeksplorasi kemampuan anak; menyingkirkan rintangan-rintangan belajar; dan menumbuhkan kemampuan leader melalui presentasi.
Dia berpesan, jangan sampai anak-anak sekarang menjadi korban industri game. Maka perlu dilakukan kegiatan KIR.
Untuk acara inti, pemaparan dari pemateri Yuda Setiabudi dan dipandu moderator ustadzah Anik. Acara inti dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama diisi dengan pemaparan materi dan sesi kedua diisi dengan praktik pembuatan poster.
Yuda, sapaan akrabnya, berpesan kepada asatidz untuk berlaku jujur terhadap karyanya. Jangan sampai mengambil karya orang lain.
Menurut dia, tidak ada anak terlahir bodoh, yang ada hanya anak malas. Karena kepandaian berasal dari visi misi. Maka, dari awal anak sudah memiliki visi misi pada dirinya.
Dia menyampaikan materi langkah awal dalam penyusunan karya tulis. Dalam penyusunan karya tulis, hal pertama yang dilakukan adalah menggali ide. Menggali ide bisa dilakukan melalui beberapa hal di antaranya, memperhatikan alam sekitar; mengamati kebutuhan sekitar; mencari kekurangan/kelemahan dari suatu alat; serta mentransformasikan budaya lokal ke budaya ilmiah.
Dia menjelaskan, pada sesi pertama ini, tentang apa saja isi dari karya ilmiah itu, dan bagaimana langkah kita membimbing santri-santri untuk bisa menyusun karya ilmiah mereka sendiri.
Dia membeberkan tentang poster yang nantinya harus dibuat peserta, pada sesi kedua secara berkelompok. Poster tersebut berisikan abstrak dari sebuah karya tulis.
Di sela-sela pemaparan, dia sempat menceritakan pengalamannya membimbing banyak anak dalam lomba-lomba karya tulis skala daerah, provinsi, nasional, maupun internasional. Sesi pertama ditutup dengan sesi tanya jawab dan pembagian kelompok.
Pada pukul 13.00, acara dilanjutkan sesi kedua dengan agenda penyusunan poster. Teknisnya, para peserta berkumpul dengan masing-masing kelompoknya. Masing-masing kelompok diberikan satu karya tulis. Waktu penyusunan poster adalah satu jam. Setelah itu, dipilih beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil posternya.
Setelah satu jam, dipilih dua kelompok untuk melakukan presentasi. Kelompok pertama adalah kelompok 1, yang membawakan karya tulis tentang Alat Penunjuk Arah Kiblat. Dilanjutkan dengan kelompok kedua, yaitu kelompok 12 yang membawakan karya tulis tentang Kopi Kefir.
“Saya pesan bahwa tidaklah penting menjadi juara, atau mendapat sertifikat. Tetapi, proses untuk mencapai hasil itulah yang harus diutamakan,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala SMA AL Azhaar Aris Kurniawan menerangkan bahwa pelatihan KTI ini sangat penting bagi guru dan siswa. Yakni untuk bisa melatih kemampuan berpikir kritis dan ilmiah. Dengan kemampuan berfikir ini, diharapkan muncul inovasi kreatif dari guru dan siswa dalam memecahkan berbagai masalah yang mereka hadapi. (trs/c1/din)