KOTA BLITAR – Namanya juga olahraga ekstrem. Cedera fisik sudah menjadi hal yang biasa. Tapi, M. Bima Saputra sepertinya tak pernah kapok. Cedera yang dialami justru menjadi pelecut untuk membawa pulang medali dari kejuaraan BMX.
Peluh mengucur deras di seragam yang dikenakan. Pedal sepeda BMX dikayuh kencang. Beberapa tanjakan, turunan, dan kelokan tajam “dihajar” sore itu. Begitu mendekati tanjakan tertinggi, kecepatan malah ditambah. Lalu, wuuss.. terbang bak adegan dalam film aksi Hollywood. Dialah M.Bima Saputra.
Soal sepeda sport, Bima memang sudah fasih. Mengawali karirnya di dunia balap sepeda sejak 2016 lalu, membuatnya jadi andalan Kota Patria. Maka tak heran remaja 19 tahun ini dijagokan Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI) Kota Blitar dalam berbagai ajang kejuaraan. “Iya. Suka sepeda sport sejak kelas 4 SD. Karena itu, saya gabung dengan ISSI pada 2016,” tuturnya.
Tapi, jangan sangka keinginannya untuk menjadi atlet balap sepeda mendapat sambutan positif oleh keluarga. Sang ibu sempat melarangnya berkegiatan di dunia balap. Wajar, sebagian orang tua tentu khawatir jika anaknya melakoni kegiatan ekstrem, seperti halnya balap sepeda. “Dulu ibu melarang karena takut. Karena itu, ibu selalu tidak berani melihat saya pas bertanding,” akunya.
Remaja yang tinggal di Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul ini mengaku, sering kali jatuh bangun di setiap sesi latihan maupun kejuaraan. Bahkan, sempat beberapa kali mengalami cedera parah akibat mengalami kecelakaan.
“Total saya mengalami empat kali cedera parah. Dua cedera di tangan kiri, satu cedera di tangan kanan, dan satu di engkel kaki. Terparah itu retak tangan kiri karena saya berbenturan dengan lawan sehingga landing-nya tidak sempurna,” bebernya.
Itu membuat Bima kudu absen beberapa waktu dari dunia adu balap sepeda. Waktu 3,5 bulan harus dihabiskan untuk pemulihan cedera parah yang dialami saat berkompetisi. “Dua pekan setelah cedera, saya dikhitan. Jadi, saya harus menahan dua rasa sakit,” ungkap pembalap ramah ini.
Bukannya kapok, remaja kelahiran 1 Mei ini justru makin penasaran. Jiwa rider-nya kembali bergejolak. Itu membuatnya kembali dipercaya ISSI untuk turun di berbagai ajang. Benar saja. Satu per satu medali berhasil dibawa pulang oleh Bima ke kota kelahirannya.
“Yang paling bergengsi itu, saya ikut Banyuwangi BMX International pada 2017. Di sana saya dapat juara 2. Lalu, dapat juara 3 di Pra PON 2018. Serta dapat dua medali perak di Porprov ke-VI Tuban 2019. Yakni, di nomor BMX dan downhill,” kenangnya.
Sayang, Bima dipastikan tak akan turun gelanggang di Porprov ke-VII tahun ini. Sebab, batas usia atlet ISSI yang akan dipertandingkan dalam kejuaraan tersebut adalah 17 tahun. “Saya tidak kecewa. Karena di usia sekarang, saya masih bisa berkompetisi di beberapa kejuaraan lain. Tapi, harus diakui jika porprov adalah salah satu gelaran bergengsi,” ujar alumnus SMAN Taman Madya Kota Blitar ini.
Untuk itu, dia menitipkan harapan kepada para juniornya yang bakal bertanding di porprov pada Juni-Juli mendatang. Selain itu, dia berharap agar rider Kota Blitar bisa kembali membawa pulang medali. “Harus sregep (rajin, Red) latihan dan pantang menyerah, karena dibalik rasa sakit itu pasti ada kesuksesan,” tegasnya. (*/c1/ady)