TULUNGAGUNG – Masuknya agama Islam di Tulungagung merupakan peran dari ulama negeri. Salah satunya oleh Sunan Kuning, yang makamnya terletak di Desa Macanbang, Kecamatan Gondang. Bahkan, Sunan Kuning yang bernama asli Zaenal Abidin ini merupakan tokoh yang membabat Desa Macanbang. “Saya itu tidak tahu-menahu sejarah dari Sunan Kuning, namun yang jelas dia merupakan santri dari Mohammad Besari yang merupakan ulama besar dari Ponorogo. Dia nyantri hingga menguasai beberapa ilmu Islam termasuk kitab-kitab kuning,” ujar juru kunci makam Sunan Kuning, Dulgani.
Ketika jadi santri itu, Sunan Kuning mendapatkan amanah dari Kiai Mohammad Besari untuk menyebarkan agama Islam di Tulungagung dan sekitarnya. Karena saat itu banyak yang belum memeluk Islam. Zainal Abidin diyakini menginjakkan kaki di Tulungagung sekitar tahun 1727 silam. Kedatangan beliau dikuatkan oleh sumber dari buku sejarah dan Babad Tulungagung yang diterbitkan Pemkab Tulungagung.
Kedatangan Sunan Kuning di Tulungagung diikuti santri-santrinya yang membantu mengajarkan agama Islam kepada warga Tulungagung untuk memeluk agama tersebut secara utuh. Tetapi, ada saja halangan, termasuk hinaan atau dipandang miring dari masyarakat yang belum memeluk agama Islam. Namun, hal itu tidak membuat Sunan Kuning menyerah begitu saja. Dia tetap terus menyebarkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat yang masih menyembah batu dan pohon. “Saya tidak tahu persis kapan wafatnya Sunan Kuning. Namun, nenek moyang saya, Mbah Sangidin tiba-tiba menemukan makam dari Sunan Kuning ini. Nah, Mbah Sangidin itu merupakan menantu Kiai Kasan Besari,” terang Dulgani.
Dulgani yang menjadi keturunan keenam dari Sangidin ini sudah sejak tahun 1973 menjadi juru kunci makam Sunan Kuning. Terdapat hal yang unik dari bangunan makam, yakni pintu masuk yang sengaja dibuat kecil. Menurut Dulgani, filosofi pintu masuk itu yakni agar siapa saja yang masuk ke makam memiliki rasa sopan santun dan rasa hormat kepada Sunan Kuning.
Dulgani menjelaskan bila terdapat sebelas makam lain di sekitar pusara Sunan Kuning. Empat makam yang berjejer dengan sunan kuning ini merupakan keluarganya, sedangkan tujuh makam di bagian bawah merupakan makam santrinya. “Peziarah makam Sunan Kuning ini banyak dari luar kota, seperti Banyuwangi, Bojonegoro, Semarang, Sumatra, hingga Kalimantan. Sedangkan saat bulan Sela pada minggu pertama, diperingati haul Sunan Kuning dengan acara pengajian,” pungkasnya.(jar/c1/rka)