TRENGGALEK – Beternak kambing gibas alias domba tidak melulu harus menggembala di padang rumput. Ini seperti yang dilakukan Bagus Fatkurohman dan teman-temannya yang tergabung dalam peternak milenial asal Desa Jambu, Kecamatan Tugu. Pasalnya saat ini mereka sukses beternak kambing gibas, baik untuk bibitan dan daging dengan omzet puluhan juta setiap bulannya.
Embek… embek… embek.
Suara kambing terdengar bertautan ketika Jawa Pos Radar Trenggalek mendatangi kandang kambing di Desa Jambu, Kecamatan Tugu. Benar saja, ketika hari beranjak sore, terlihat delapan orang pemuda sedang beraktivitas di lokasi tersebut. Ternyata saat itu adalah waktu bagi mereka untuk memberi makan sekitar 50 ekor kambing yang belum diambil calon pembeli. Mereka terlihat sibuk membagi tugas, ada yang memberi makan, membawa pakan kambing, hingga mengambil pakan kambing dari tempat penyimpanan.
Ada yang terlihat aneh dari pakan yang diberikan pada hewan ternak kambing tersebut. Jika biasanya pakan yang diberikan kambing berupa rerumputan atau dedaunan hijau, namun yang diberikan kala itu semacam dedaunan kering yang dihaluskan. Ternyata pakan tersebut merupakan pakan kambing yang telah disiapkan sehingga tidak perlu lagi mencari pakan lain. Dengan demikian, peternak kambing akan lebih mudah. “Jadi istilahnya cara beternak kami tidak perlu ngarit, sebab pakan telah disiapkan sebelumnya dengan model keringan,” ungkap Bagus Fatkurohman, owner peternak milenial Desa Jambu.
Itu dilakukan lantaran para peternak muda ingin mengubah konsep cara beternak secara umum. Pakan ternak yang biasanya menggunakan dedaunan hijau, diganti dengan campuran berbagai limbah pertanian. Seperti bekatul, janggel, batang tanaman jagung, juga dedaunan kering, yang semua bahan tersebut telah dihaluskan. Semua bahan tersebut diramu sedemikian rupa hingga bisa mencukupi asupan gizi yang diperlukan kambing. “Jadi semua kebutuhan makanan seperti serat, protein, dan sebagainya bisa tercukupi dengan pakan tersebut,” katanya.
Dengan pakan olahan tersebut bisa dikatakan proses beternak lebih efisien. Karena setiap proses pembuatan pakan, bisa untuk satu minggu hingga satu bulan. Dari situ para peternak tidak perlu lagi bingung untuk mencari pakan kambing-kambingnya. Apalagi proses pemberian pakan tidak dilakukan sembarangan, agar pencernaan kambing bisa berjalan optimal untuk proses pembentukan daging.
Pemberian pakan dilakukan sebelum pukul 07.00 dan setelah pukul 16.00 sehingga setelah makan kambing bisa beristirahat sambil memamah biak. Sedangkan setiap harinya, rata-rata satu ekor kambing menghabiskan pakan sebanyak 1 kilogram (kg). Dari situ proses peternakan kambing bisa lebih efektif dan efisien, hingga kambing lebih cepat gemuk dan layak jual.
Sedangkan untuk saat ini proses penjualan kambing dilakukan secara manual. Kendati demikian, para peternak tersebut kewalahan menghadapi pembeli, sebab proses penjualan sudah merambah ke luar pulau. Selain menyediakan kambing untuk keperluan daging, mereka juga menyediakan kambing untuk proses breeding sehingga kambing-kambing tersebut dijual dalam keadaan bunting.
Dari situ dalam setiap bulannya mereka bisa menghasilkan omzet antara Rp 30 juta hingga Rp 50 juta di hari biasa. Bahkan omzet tersebut bisa lebih jika ada event tertentu, seperti hari raya Idul Adha. “Semoga saja dengan ini bisa semakin memotivasi generasi muda agar menjadi pejuang ekonomi ora kenal gengsi. Sebab, kami juga menyediakan kambing untuk keperluan aqiqah,” jelas pria 32 tahun tersebut. (*/c1/rka)