KABUPATEN BLITAR – Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) masih harus dilakukan masyarakat. Itu meskipun tiga tahun terakhir tidak lagi ditemukan kasus penyakit frambusia di Bumi Pentaran. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar, Christine Indrawati.
Menurut dia, penyakit yang biasa disebut patek ini memiliki tingkat penularan cepat. Bahkan, pada kondisi tertentu bisa mengakibatkan cacat. Beruntung, tiga tahun terakhir tidak ditemukan lagi kasus tersebut di wilayah Blitar.
“Sudah dievaluasi Kemenkes dan tidak ada kasus itu di wilayah Kabupaten Blitar, karena itu kita juga dapat apresiasi berupa predikat daerah bebas frambusia,” katanya.
Dia mengatakan, evaluasi dan verifikasi ini tidak hanya menurut laporan dari pemerintah daerah yang dalam hal ini dinas kesehatan. Sebaliknya, tim dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga turun gunung memeriksa langsung di puskesmas untuk memastikan kasus tersebut. Setidaknya butuh waktu sekitar enam bulan bagi tim dari Kemenkes untuk verifikasi lapangan. “Jadi mencocokkan sendiri laporan kasus yang ada dari puskesmas,” tuturnya.
Frambusia ini, lanjut Christine, memang tidak begitu membahayakan keselamatan seseorang. Namun, paparan penyakit kulit ini bisa memengaruhi estetika fisik. Penyebabnya adalah bakteri treponema pallidum. Itu sejenis bakteri yang menjadi penyebab penyakit sifilis. Namun, metode penularanya bukan karena hubungan seksual melainkan kontak langsung dengan bagian terpapar penyakit. “Selain terkena cairan luka akibat frambusia, penyakit ini bisa juga ditularkan melalui perantara lalat,” terangnya.
Konon, anak-anak memiliki risiko yang cukup besar terpapar penyakit ini. Gejala awal penyakit ini biasanya ditandai gatal dan pertumbuhan raspberry pada kulit. Setelah beberapa hari berikutnya, ada pembekakan kelenjar getah bening dan ruam dengan kerak kecokelatan. Menggaruk kulit pada bagian ini akan mengakibatkan penyakit tersebut menyebar lebih luas. “Karena memang tidak ada kasus di Blitar, kita juga tidak bisa menunjukkan secara detail. Kasus seperti ini masih ada di daerah luar Jawa,” terangnya. (hai/c1/wen)