Melukis menjadi salah satu kegiatan seni rupa. Banyak aliran seni lukis. Yang kini sedang tren yakni lukis realis dengan objek potrait atau wajah manusia.
Namun, pandemi Covid-19 turut melumpuhkan aktivitas kesenian. Tak terkecuali seni rupa. Kondisi itu berdampak pada pesanan jasa lukis.
Sejak pandemi korona mendera, pesanan lukisan jauh berkurang. Yang dulunya (sebelum pandemi, Red) dua bulan sekali bisa menerima pesanan. Namun selama pandemi tidak sama sekali. Kondisi itu hampir dirasakan oleh semua perupa (sebutan pelaku seni rupa).
Tidak terkecuali Rizat Arifin. Perupa berusia 54 tahun itu mengaku pandemi Covid-19 berdampak pada aktivitas seni rupa. “Tidak ada lagi pesanan untuk melukis. Agar tetap produktif, saya berusaha melukis tema lain di luar pesanan,” ujar warga Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan itu.
Hal itu terpaksa dilakukan agar kreativitas tetap terasah, dan hobi tersalurkan. Juga sembari mengeksplorasi keterampilannya dalam melukis. “Bisa untuk belajar teknik atau aliran lukis yang lain. Harapannya agar kreativitas bisa berkembang,” ungkap pria asal Surabaya itu.
Selama ini, Rizat banyak menerima pesanan untuk melukis wajah. Biasanya, konsumen mengirimkan foto wajah untuk dilukis. Kebanyakan wajah perempuan. “Rata-rata lukisan itu untuk hadiah ulang tahun,” katanya.
Rizat membanderol lukisan hasil karyanya mulai Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta. Harga bervariasi tergantung ukuran dan tingkat kerumitan objek yang dilukis. “Terkadang untuk menjangkau masyarakat Blitar, saya pilih pakai media kertas dan pensil. Harganya lebih terjangkau,” tandasnya. (sub/c1/wen)
