KOTA BLITAR – Pasar Templek sudah dipastikan bakal dibangun tahun ini. Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar sudah menyiapkan tempat relokasinya. Pemenang lelang sudah diketahui dan tinggal proses pembangunanya. Bagaimana respon para pedagang pasar.
Bangunan relokasi itu sudah berdiri kokoh. Tepat di depan halaman Pasar Templek di Jalan Anggrek. Sejumlah lapak milik pedagang sudah hampir memenuhi bangunan relokasi sementara itu.
Bangunan relokasi itu diperuntukkan bagi pedagang Pasar Templek yang terdampak pembangunan. Sebagian besar adalah pedagang di sisi barat. Pemkot tahun ini masih membangun sebagian dari keseluruhan bangunan Pasar Templek, karena anggaran yang terbatas.
Seperti siang kemarin (17/7), sejumlah pedagang sudah terlihat berjualan di lapak relokasi. Sebagian yang lain tampak sibuk menata lapaknya setelah boyongan sejak Kamis (14/7) lalu. Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Blitar memberi tenggat boyongan paling lambat di tanggal tersebut.
Meski begitu, belum semua pedagang boyongan ke tempat relokasi tersebut. Disperdagin menyiapkan bangunan relokasi itu untuk 62 pedagang. Satu pedagang mendapat jatah lapak berukuran sekitar 2×2 meter.
Semua pedagang mendapat jatah yang sama. Kadang ada yang dapat dua lapak, karena memang jatahnya dua. Salah satunya adalah Paiman. “Ini saya dapat jatah dua lapak, karena lapak saya sebelumnya memang besar,” tuturnya kepada Koran ini, kemarin.
Pedagang bumbu dapur tersebut mulai boyongan Kamis (14/7) lalu. Proses pemindahan hingga penataan lapak di tempat relokasi memakan waktu tiga hari. “Saya dibantu sama tukang untuk membangun lapaknya,” ujar pria 69 tahun ini.
Dalam proses pindahan itu, Poiman harus mengeluarkan dana tambahan. Dana itu digunakan untuk biaya bangun kios dan membayar tukang. Dihitung-hitung biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 1,5 juta.
Sebagian bangunan lapak Poiman memanfaatkan bagian lapak lama. Dan sebagian lain menggunakan bahan baru. “Soalnya nggak cukup. Jadi harus nambah papan kayu baru lagi,” ujar warga Desa Gaprang, Kecamatan Kanigoro ini.
Hal senada juga diungkapkan pedagang lain, Misrikah. Pedagang buah ini juga terdampak pembangunan. Dia harus boyongan ke tempat relokasi.
Dia merasa bersyukur karena tempat relokasi tidak begitu jauh, yakni di sebelah timur Pasar Templek lama. “Kalau yang dulu, jauh di Pasar Wage. Jarak antara Pasar Templek dengan Pasar Wage mencapai 900 meter,” bebernya.
Sama seperti Poiman, perempuan 63 tahun itu juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk boyongan. Namun, beban pengeluaran untuk boyongan itu lebih kecil dibandingkan saat boyongan ke Pasar Wage. “Aduh mas, yang tahun lalu, itu saya keteteran. Udah pindah, akhirnya nggak jadi dibangun. Sudah keluar biaya banyak lagi,” terangnya.
Dia cukup kecewa saat itu. Sudah boyongan di tempat relokasi sementara di Pasar Wage, ternyata harus balik kucing. Pedagang kecele karena Pasar Templek tidak Jadi dibangun.
Kekecewaan itu tidak hanya dirasakan Misrikah saja, tetapi juga puluhan pedagang lainnya. Sudah boyongan, keluarkan biaya, balik lagi, biaya lagi. Namun, baik Poiman maupun Misrikah yakin bahwa Pasar Templek benar-benar dibangun tahun ini.
Mereka tidak akan kecele lagi. Sebab, pemkot sudah menyiapkan tempat relokasi dan anggaran sudah turun. “Anggaranya sudah turun. Saya yakin dibangun,” ujar pedagang lain, Aji Setu.
Pedagang pisang itu optimistis Pasar Templek jadi dibangun tahun ini. Dia tidak akan kecele lagi seperti sebelumnya.
Sementara itu, Kepala Disperdagin Kota Blitar Hakim Sisworo mengatakan, proses lelang sudah tahap pengumuman pemenang. Tinggal menunggu masa-masa sanggah hingga penandatangan kontrak. “Pemenang sudah ada. Kami menunggu masa sanggah,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan di LPSE, pemenang lelang adalah CV Putra Dewata. Saat ini memasuki masa sanggah yang berakhir 20 Juli. Sedangkan penandatangan kontrak dimulai 22 Juli sampai 26 Juli.
Hakim mengatakan, pembangunan Pasar Templek dilakukan bertahap. Tahun ini pembangunan hanya dilakukan di sebelah barat karena anggaran yang digelontorkan dari pusat terbatas. “Anggaran yang tersedia hanya Rp 3 miliar. Total pembangunan sekitar Rp 12 miliar,” katanya. (*/ady)