TULUNGAGUNG – Pekerjaan paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Hal itulah yang dilakoni Adi Bayu Prasetyo. Kecintaannya pada seni lukis mengantarkannya menjadi perupa muda berbakat. Bahkan di saat pandemi tak surut, jasanya banyak diburu untuk mempercantik dekorasi dan identitas tempat usaha.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 selama setahun ini berpengaruh besar pada pelaku seni. Tidak terkecuali, pelukis asal Desa Sambijajar, Kecamatan Sumbergempol, Adi Bayu Prasetiyo. Bahkan, pandemi itu jadi pukulan telak baginya. Peminat sketsa serta lukisannya turun drastis. Namun, dia mengaku tak putus asa.
“Lumayan terasa. Namun, saya berusaha bagaimana gambar saya ini jalan terus,” katanya, memulai obrolan dengan Koran ini.
Dengan kreativitasnya, pemuda ini mulai menggaet pengusaha yang ingin membuka usaha, seperti kafe atau warung kopi. Di situ, dia menawarkan jasa lukis dinding sebagai dekorasi atau identitas tempat usaha.
“Kebanyakan mereka para pengusaha itu ingin dindingnya di lukis sesuai konsep kafe yang diusung. Karena, mereka ingin lukisan tersebut tak sekadar mempercantik ruangan tapi juga sebagai identitas tempat usaha,” terangnya.
Sejauh ini, Bayu, sapaan akrabnya, tak mengalami kesulitan berarti. Terlebih, dia sudah jago menggambar sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) dan terasah, ketika diajari oleh kakeknya yang juga andal melukis.
“Dulu sering ikut lomba dan juga sering gagal. Namun ada kakek, membuat saya semakin semangat,” cerita Bayu.
Remaja berusia 20 tahun ini pun berusaha bangkit dengan kembali mengembangkan skill-nya melalui berbagai referensi melukis. Baik di internet ataupun lainnya. Mencoba mempelajari teknik-teknik melukis dengan saksama. Tak butuh lama, kerja kerasnya membuahkan hasil manis. Beberapa teman sekolah dan kerabatnya pun melirik hasil tangan dinginnya.
“Kendati pandemi, namun antusias masih tinggi. Ada saja tiap bulannya. Biasanya, satu mural itu pengerjaannya butuh 1-2 mingguan,” katanya.
Bayu memiliki gaya lukis yang beragam. Dia tak hanya menekuni aliran realis, tapi juga ekspresionis dan pop art. Bahkan, dia berencana akan mempelajari aliran lain, seperti surealis agar karyanya tidak monoton.
“Ke depannya mau dikembangkan lagi, karena bidang seni itu luas. Ini salah satu cara untuk mengekpresikan diri. Saya juga ikut menyemarakkan live art di Jombang kemarin, untuk mengenang Pramoedya Ananta Toer,” tandasnya. (*/c1/din)