BLITAR – Nampaknya istilah “pahlawan tidak dilahirkan, tapi dibentuk” pantas disematkan kepada Oktavia Ikawati. Memulai perjalanan sebagai atlet panahan dari nol, kini wanita yang akrab disapa Vivi ini menjelma menjadi pelatih panahan yang banyak menyumbang medali bagi Kota Blitar.
Menjadi pelatih Pengurus Cabang (Pengcab) Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Kota Blitar, wanita yang lebih karib disapa Vivi ini berbagi kisahnya di dunia panahan. “Saya kenal panahan dari guru, saat saya masih kelas V SD pada 2006 lalu. Waktu itu, saya diajak untuk gabung ekstra kulikuler sekolah. Yang gabung pun masih sangat sedikit. Sekitar sepuluh anak saja,” kenangnya.
Penasaran, Vivi memutuskan untuk menggeluti panahan. Hingga salah satu cabang olahraga (cabor) ini menjadi hobi barunya. Satu tahun bergelut di panahan, Vivi belia diikutkan dalam gelaran pekan olahraga SD (POR SD). Sejak saat itulah wanita berkacamata ini memutuskan semakin memdalami dunia panahan. Uniknya, sejak belia Vivi berlatih dengan alat seadanya. Bukan busur mahal berharga jutaan. Melainkan busur bambu buatan ayahnya. Sebab, diketahui jika kedua orang tua Vivi sangat mendukung putrinya terjun di dunia panahan. Alhasil, berbagai cara pun dilakukan agar Vivi memiliki busur panah untuk berlatih.
“Akhirnya ayah bikin alat sendiri. Yaitu busur panah dari kayu dan bambu. Jadi, handle atau pegangannya itu dibuat dari ukiran kayu. Kalau sayap busurnya terbuat dari pring (bambu, Red) petung. Ayah membuat alat sendiri, karena alat panahan itu harganya sangat mahal,” kata ibu satu anak ini sambil tertawa.
Singkat cerita, wanita yang tinggal di Desa Cerme, Kecamatan Sanankulon ini beranjak dari bangku SD untuk melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di wilayah Kota. Dalam kurun waktu enam tahun, Vivi masih getol berlatih panahan. Untuk itu, dia memilih untuk mengambil ekstra kulikuler (ekskul) panahan di tingkat sekolah lanjutan.
“Begitu lulus SMA, saya kuliah di Surabaya. Saya memilih jurusan kepelatihan olahraga. Pas semester lima, saat ikut pertukaran pelajar ke Medan. Di sana saya juga mendirikan klub panahan,” jelas alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini.
Karir Vivi di dunia kepelatihan dimulai kala sedang menjalani semester akhir. Tepatnya, di semester ke-tujuh. Saat itu, Vivi mengaku, dirinya dipercaya untuk melatih salah satu klub panahan di Kota Pahlawan. Itu sebelum Vivi memutuskan untuk pulang ke Blitar pada pertangahan 2021 lalu.
“Saya sempat melatih klub di Blitar. Lalu, ketua Perpani Kota Blitar meminta saya untuk menjadi pelatih. Jadi, sejak pertengahan 2021 saya mulai aktif di Perpani,” bebernya.
Barangkali waktu setengah tahun bukan waktu lama. Tapi, dalam kurun waktu tersebut Vivi mampu menyumbang banyak medali bagi Kota Blitar sebagai pelatih. Tepatnya dari dua kejuaraan berbeda di penghujung tahun lalu. Itu membuat wanita ramah ini bangga karena bisa berkontribusi bagi kemajuan olahraga di Blitar.
“Pada event di Sidoarjo tahun lalu kita dapat satu medali emas di nomor beregu putrid, dan satu perunggu di nomor mixed team. Keduanya di kelompok U-15. Lalu, di salah satu kejuaraan di Kediri kita dapat lima medali emas, tiga perak, dan tiga perunggu dari divisi campuran kelompok usia junior hingga senior,” ungkapnya.