KOTA BLITAR – Tari Barongan Kucingan Candramawa menjadi sajian pembuka dalam Bazar Blitar Djadoel, Jumat (17/6) lalu. Dibawakan oleh Paguyuban Kelompok Jaranan (PAKOJA) Kota Blitar berkolaborasi dengan sejumlah pelajar SMP. Punya misi mematenkan tarian hasil kreasi itu sebagai hak kekayaan intelektual (HKI) asli Blitar.
Suara musik gamelan Jumat siang (17/6) lalu mengalun indah. Mengiringi tari Barongan Kucingan Candramawa yang dibawakan oleh PAKOJA dan sejumlah pelajar. Hentakan musiknya memecah ketenangan sore itu di Alun-Alun Kota Blitar.
Tarian yang juga biasa disebut tari kucingan itu menjadi salah satu hiburan dalam pembukaan Bazar Blitar Djadoel 2022. Masyarakat antusias menonton aksi para penari jaranan itu. Sejumlah orang tua (ortu) yang menyaksikan anaknya tampil juga tak kalah heboh. Mengabadikan momen bersejarah itu dengan ponsel.
Tarian barongan kucingan itu dimainkan oleh seniman jaranan Kota Blitar di bawah naungan PAKOJA. Mereka berkolaborasi dengan sejumlah pelajar SMP. “Kurang lebih ada 50 pelajar yang kami libatkan. Mereka bersemangat sekali ketika kami ajak bergabung untuk memeriahkan pembukaan bazar djadoel,” ungkap Sekretaris PAKOJA Kota Blitar Ivan Leksana, kepada Koran ini kemarin (19/6).
Tari barongan kucingan itu membawa lakon Candramawa. Yang diartikan sebagai kucing cerdas yang memiliki indera lebih dibandingkan dengan kucing-kucing lain. “Ketika melihat sesuatu matanya menyala. Inteligensinya tinggi. Itu kami jadikan ikon dalam pembukaan bazar kemarin,” tuturnya.
Disebut tari kucingan karena seluruh gerakannya seperti kucing. Pada barongan kucingan memiliki ciri khas tersendiri. “Barongan kucingan itu moncongnya tidak panjang. Hidungnya naik dan di bawahnya ada cengger. Itu ciri khasnya,” jelas Ketua Grup Jaranan Margo Rukun Bendogerit ini.
Tari barongan kucingan candramawa itu merupakan hasil kreasi PAKOJA. Tarian itu sengaja diciptakan untuk penampilan pembukaan Bazar Blitar Djadoel 2022. Yang berbeda dari biasanya adalah sebagian penarinya merupakan pelajar SMP. Yang notabene bukan penari jaranan.
Namun yang membuat salut, sejumlah pelajar ini sangat bersemangat untuk diajak bergabung. Meski bukan penari jaranan, tetapi mereka suka dengan kesenian jaranan. “Memang jadi tantangan bagi kami untuk bisa mengajari mereka. Namun, berkat keseriusan mereka, akhirnya bisa kompak,” ujar pria 41 tahun ini.
Persiapan tari barongan kucingan dengan lakon Candramawa itu terbilang mepet. Persiapannya hanya 10 hari dengan tujuh kali pertemuan latihan. Dengan bimbingan senior, para penari jaranan khususnya pelajar, bisa mengikuti latihan dengan tertib.
Menurut Ivan, tari barongan kucingan Candramawa itu pertama kali dipentaskan. Sebelumnya belum pernah dibawakan. Makanya, itu menjadi persembahan yang istimewa pada pembukaan Bazar Blitar Djadoel. “Barongan kucingan sebenarnya sudah lama ada sejak tahun 1990-an. Tapi khusus lakon Candramawa, ini hasil kreasi kami,” akunya bangga.
Tari tersebut, kata dia, memang tidak ada kaitannya dengan sejarah Blitar. Tarian ini murni hasil kreasi dan imajinasi seniman jaranan Kota Blitar. “Selama ini tarian yang kami bawakan itu memang ada hubungannya dengan sejarah lokal Blitar. Tetapi untuk barongan kucingan Candramawa, itu memang kami ciptakan sebagai persembahan terbaik,” ujarnya.
PAKOJA sendiri memiliki misi untuk mendaftarkan tari barongan kucingan Candramawa agar mendapatkan hak paten atau HKI asal Kota Blitar. Sebab, sepengetahuan dia, Kota Blitar belum memiliki HKI di bidang kebudayaan.
Dengan didaftarkannya HKI tari barongan kucingan Candramawa itu diharapkan bisa mengangkat nama Kota Blitar di kancah nasional bahkan hingga Internasional. Dengan begitu Kota Blitar bisa memiliki identitas kebudayaan lokal yang diakui oleh negara. “Kami berharap pemerintah kota bisa membantu misi kami tersebut. Ini juga demi Kota Blitar. Kami juga sudah berkomunikasi soal harapan itu,” ungkapnya.
Sekedar diketahui, PAKOJA adalah paguyuban para kelompok jaranan se-Kota Blitar. Terbentuk sejak 2002 silam. Anggotanya terdiri dari sejumlah kelompok jaranan yang tersebar di kota.
PAKOJA berada di bawah binaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Blitar. Paguyuban ini pernah lama vakum karena suatu hal. Hingga akhirnya, dinas meregenerasi kepengurusan PAKOJA agar kembali aktif. Hampir setiap minggu, seniman-seniman jaranan yang tergabung dalam PAKOJA tampil di wisata Makam Bung Karno (MBK) dan Istana Gebang. (*/ady)