KABUPATEN BLITAR – Di balik keberhasilannya mengantar tim Blitar Poetra (BP) FC ke semifinal Piala Soeratin U-17 Jawa Timur (Jatim), Reza Agraha Kusuma Mardani punya segudang kisah. Menarik untuk mengikuti kiprah kapten skuad Laskar Lembu Suro muda ini.
Cuaca terik terasa menyengat di Desa/Kecamatan Ponggok siang itu. Jarum jam menunjukkan pukul 13.30 WIB, ketika puluhan remaja sedang asyik bermain sepak bola di lapangan desa setempat. Itu adalah tim Blitar Poetra (BP) FC U-17 yang sedang melakoni latihan rutin. Salah seorang pemain terlihat lebih vokal dari pemain lain. Dia sering kali memberikan instruksi pada rekannya untuk fokus dalam latihan.
Hingga tiba waktu rehat, remaja itu memimpin jalannya pendinginan otot usai latihan. Setelahnya, remaja berpostur jangkung itu berdiri di hadapan rekan setim yang sedang berjajar untuk memimpin doa penutup latihan. Lalu, puluhan pemain berdiri membentuk lingkaran. Satu per satu pemain menyatukan tangan ke tengah lingkaran. Lantas beteriak, “Blitar Poetra Jaya!” serempak. Itu adalah tos yang menandakan berakhirnya latihan rutin.
Pemuda itu adalah Reza Agraha Kusuma Mardani, kapten tim BP FC U-17. Tak lantas pulang, Reza menyempatkan diri untuk berbincang dengan pelatih dan rekan setim. Sosoknya yang sedikit jahil itu membuat Reza mudah akrab dengan rekan di timnya. Di balik sosoknya yang ramah, pemuda ini terbilang pemalu. “Saya dulu awalnya ikut tim kampung dan ikut ekstrakulikuler di sekolah pas kelas VIII SMP,” jawab Reza, saat ditanya bagaimana mengawali karirnya di sepak bola.
Remaja yang berdomisili di Desa Selokajang, Kecamatan Srengat ini mengaku, kecintaannya kepada si kulit bundar sempat ditentang oleh kedua orang tuanya. Sebab, orang tuanya beranggapan jika sepak bola merupakan kegiatan yang cukup berbahaya. Karenanya, Reza sempat diminta untuk fokus pada kegiatan akademik di sekolahnya. “Dulu pernah dilarang orang tua. Setiap akan berangkat latihan, katanya tidak boleh,” jelas remaja kelahiran 29 Juli 2004 ini.
Tak lantas menyerah, Reza ngotot untuk tetap berkegiatan di dunia sepak bola. Lalu, angin segar mulai datang usai remaja 17 tahun ini menjuarai beberapa kompetisi sepak bola antarsiswa di Kabupaten Blitar. Dari sana, dia mulai berani meyakinkan kedua orang tua untuk memberikan izin bergabung dengan sekolah sepak bola (SSB) di wilayah kabupaten. “Dulu ada kompetisi namanya galasiswa. Nah, dari sana saya dapat izin untuk ikut SSB Putra Gemilang Ponggok (PGP, Red) pas kelas VIII SMP,” tuturnya.
Kendati sudah bergabung dengan salah satu SSB kenamaan, Reza mengaku jika kemapuannya dalam mengolah bola kala itu masih terbilang pas-pasan. Tapi, dia tak lantas menyerah. Tekad kuat untuk membuktikan kepada orang tua menjadi dorongan baginya untuk mengasah skill. “Pas awal gabung dulu skill saya masih pas-pasan, biasa saja,” ujarnya lantas terkekeh.
Waktu berlalu, Reza yang sudah duduk di bangku SMA mulai menunjukkan progres cukup mentereng. Itu membuat Askab Kabupaten Blitar kepincut untuk meminangnya ke dalam skuad BP FC U-15. Kepercayaan itu tak disia-siakan. Berseragam BP FC di usia belia, pemain yang berposisi sebagai bek kanan ini mampu mengantar timnya menjadi juara tiga Piala Soeratin U-15 Jatim 2019. “Itu kompetisi yang paling bergengsi. Dan alhamdulillah kita bisa juara tiga,” kata bungsu dua bersaudara ini.
Kiprah Reza masih belum berakhir. Bahkan, saat ini pemain bernomor punggung 10 ini masih aktif berkompetisi sebagai pemain BP FC di kompetisi Piala Soeratin U-17 Jatim. Harapan tinggi masyarakat Kabupaten Blitar dititipkan kepada Reza dan rekan setim di babak semifinal tahun ini. “Karena itu, saya juga ingin membuktian kepada keluarga kalau saya bisa kembali berprestasi di Piala Soeratin tahun ini. Syukur-syukur saya bisa juara provinsi atau bahkan lolos ke putaran nasional,” jelas remaja yang kini duduk di bangku kelas XII ini.
Tak ubahnya pemain di usia sekolah lain, Reza mengungkapkan jika jadwal latihan dan jadwal sekolah sering “bentrok”. Terlebih saat ini dia di tingkat akhir SMA. Tentu banyak jadwal belajar, ujian, hingga try out yang harus dilalui sebelum menghadapi ujian akhir sekolah.
“Itu jadi kendala utama. Sering jadwal latihan itu digelar bersamaan dengan jadwal sekolah atau ujian. Jadi, kadang saya harus izin ke guru. Kalau diperbolehkan, saya bisa ikut latihan. Kalau tidak, ya berarti saya harus izin ke pelatih untuk absen latihan,” bebernya.
Tapi, dia menegaskan, tekadnya sudah bulat. Impiannya sebagai pemain profesional membuatnya ingin memberikan yang terbaik bagi keluarga dan Kabupaten Blitar. Oleh sebab itu, pemain yang mengidolakan Lionel Messi ini ingin lolos ke fase nasional agar langkahnya sebagai pemain profesional semakin mulus. “Impian saya bisa main di Persebaya atau Arema. Nah, kalau bisa lolos ke fase nasional kan banyak pengarah bakat dari tim profesional yang mungkin tertarik melihat permainan kita,” harapnya.
Tapi, sebelum melangkah lebih jauh ke arah sana, pemain yang dipercaya mengenakan ban kapten di lengannya ini ingin berpesan kepada rekan setim agar fokus menatap laga semifinal Piala Soeratin U-17 nanti. Terlebih, laga ini dipastikan tak akan mudah. Melawan tim sekaliber Bhayangkara FC bakal memaksa BP FC mengeluarkan kemampuan terbaik untuk lolos ke laga puncak. “Saya ingin agar kita di tim lebih fokus, jangan malas latihan dan harus tetap kompak. Karena kita sudah sampai di sini. Rasanya kurang sedikit lagi kita bisa jadi juara,” harapnya. (*/c1/ady)