TULUNGAGUNG – Muhamad Faishal dapat kesempatan emas untuk masuk forum besar internasional. Dia memberikan gagasannya tentang dunia metaverse di depan para pempimpin ASEAN.
Pada akhir Agustus lalu, pemuda asal Desa Talunkulon, Kecamatan Bandung, beranjak ke Bangkok, Thailand untuk mengikuti forum bertajuk The Third ASEAN Conference on Crime Prevention and Criminal Justice. Sebuah forum besar di kalangan negara-negara ASEAN karena yang diundang juga para menteri dan pimpinan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ada di ASEAN.
“Setiap negara mengirimkan dua menteri ke acara tersebut, saya sebagai perwakilan dari generazi Z,” jelas Faishal, sapaan akrabnya.
Dalam forum tersebut, Faishal mewakili generazi Z mempresentasikan gagasan bagaimana regulasi atau hukum dunia Metaverse dimasa mendatang. Di dalamnya terdapat kesepakatan hukum dan intellectual property khususnya di dunia metaverse.
Dia mempresentasikan pula di forum itu secara detail gagasannya mulai dari tujuan, regulasinya yang akan digunakan sampai kapan regulasi tersebut bisa dilaksanakan.
Menurut dia, gagasan yang dikemukakan berasal dari riset dulu yang telah dilakukannya entah bersumber dari buku maupun internet. Karena harus diakui generasi muda kini memang dihapkan dengan dunia metaverse atau dunia virtual yang juga kompleks.
Selain dari generasi Z, perwakilan dari para menteri dan pemimpin ASEAN juga memaparkan ide dan gagasan masing-masing. Gagasan-gagasan yang ada nantinya bakal dikirimkan ke PBB sebagai bahan pertimbangan dimasa akan datang. Karena dalam beberapa tahun kedepan, yang menjadi aktor dalam dunia metaverse tak lain adalah generasi-generasi muda saat ini.
Lantas mengapa bisa mendapat kesempatan baik tersebut? Itu lantaran sebelumnya Faishal berhasil mendapatkan juara pada Asian Law Students Association International Forum atau kompetisi online antarmahasiswa sekolah hukum se-Asia Tenggara. Dari situlah dia bisa mendapatkan undangan dan kesempatan berharga bertemu pemimpin-pemimpin negara ASEAN. “Yang mengundang adalah ketua ASEAN, di bawah kepemimpinan PBB. Perwakilan generasi Z diundang karena nanti yang menjalankan gagasan-gagasan tersebut adalah dari kalangan generasi Z,” ujarnya.
Tugasnya tidak hanya berhenti dalam forum tersebut, karena setelah pulang dari Bangkok juga mempunyai amanah mengenalkan dan terus mempromosikan gagasannya tentang regulasi atau hukum tentang dunia metaverse yang telah dikemukakan. Promosi dilakukan lewat lewat beberapa media social (medsos) yang ada, dan sasarannya juga tidak hanya para generasi Z dan anak-anak di Indonesia saja melainkan di seluruh dunia.
“Bisa dibilang sebagai Brand Ambassador tentang regulasi atau hukum tentang dunia Metaverse. Jadi setiap menggunakan medsos juga harus dipromosikan gagasan tentang dunia metaverse,” katanya.
Dengan berjalannya waktu, nantinya Faishal akan mencoba untuk terus mempertanggungjawabkan gagasan yang telah dibuat. “Nanti akan ditanya lagi, apakah gagasan yang dibuat tersebut sudah relevan dan bisa dipertanggungjawabkan,” tutupnya. (*/din)