TULUNGAGUNG- Nasib ratusan nelayan tambah merana. Sebab, mereka belum tergabung dalam kelompok sehingga sulit mendapat bahan bakar minyak (BBM) subsidi untuk kapal saat mencari ikan di laut.
“Berdasarkan ketentuan, para nelayan bisa mendapat jatah BBM bersubsidi, tapi harus bergabung dengan kelompok yang berisi minimal 10 orang, yang hanya diberi jatah 5 liter. Namun di sini ada 5 kelompok nelayan yang totalnya 50 orang, padahal aslinya ada ratusan nelayan,” ungkap Ketua Nelayan Pantai Klathak, Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Poniran.
Dia melanjutkan, sosialisasi perihal pendaftaran kelompok nelayan sudah banyak, tapi masih saja ada nelayan yang belum memiliki kelompok hingga memilih untuk membeli BBM nonsubsidi.
Selain itu, kata dia, jatah 5 liter untuk para nelayan itu kurang, karena hanya dapat digunakan untuk satu alat tangkap saja. Padahal, dalam sekali melaut, nelayan membutuhkan 4-5 liter BBM untuk pulang pergi (PP). Guna mencukupi kebutuhan, para nelayan terpaksa memutar otak, seperti membeli BBM menggunakan sepeda motor yang nanti akan dipindah ke jeriken setibanya di rumah.
“Tentu berharap agar pemerintah peduli terkait permasalahan BBM tersebut. Meningkatkan kuota BBM untuk para nelayan dan membuat SPBU khusus nelayan yang dekat dengan pantai,” tuturnya.
Kasi Kenelayanan Dinas Perikanan (Diskan) Tulungagung Dedy Azhar Muhammad mengatakan, kini masing-masing kelompok nelayan memang masih belum mencantumkan berapa total alat tangkap yang dimilikinya. Karena itu, jatah BBM subsidi yang didapat hanya untuk satu alat tangkap saja.
“Akan kita perbaiki itu sehingga kebutuhan nelayan tercukupi, sesuai kebutuhannya, dan pihak SPBU juga tidak kesulitan untuk pengambilan kuota ke Pertamina,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, juga didapati kasus nelayan yang belum mendaftar pada kelompok nelayan. Hal itu tentu merugikan nelayan tersebut lantaran tidak bisa mendapat jatah BBM bersubsidi. Terkait permasalahan ini, sampai kini diskan terus gencar mengajak para nelayan di setiap pantai untuk segera membuat kelompok nelayan sehingga para nelayan yang belum ter-cover BBM bersubsidi bisa segera teratasi. “Para nelayan terus kita dorong untuk membuat kelompok. Senin lalu (22/8) ada satu kelompok nelayan baru yang diusulkan ke kami,” ungkapnya.
Bagaimana terkait SPBU yang jauh? Dia menjawab, hal itu telah diusulkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung ke Pertamina. Namun, pihak Pertamina masih terus melakukan kajian hingga kini. Padahal, para nelayan Pantai Klathak harus menempuh 15 kilometer (km) untuk membeli BBM ke SPBU Ngentrong, Kecamatan Campurdarat. “Semoga SPBUN segera terealisasikan,” pungkasnya.(jar/c1/din)