KOTA BLITAR – Penari jaranan tak selalu kaum adam. Kaum hawa juga cukup banyak yang lihai menari tari tradisional tersebut. Salah satunga Nita Aprilia. Warga Desa Darungan, Kecamatan Kademangan itu hobi menari jaranan atau juga dikenal dengan istilah njaran.
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Peribahasa itulah yang cocok menggambarkan Nita Aprilia. Dia mewarisi bakat seni dari ayahnya. Yakni kesenian tari jaranan. Kini, usia Nita masih 19 tahun. Namun kemampuannya menari tak perlu diragukan.
Wanita ramah itu menceritakan, kali pertama mengenal dunia tari tradisional sejak masih sekolah PAUD. Namun dia lebih fokus terhadap tari jaranan. Sebab, ayah Nita memiliki paguyuban jaranan. Hal ini menguntungkannya dalam hal asah skill. Bagaimana tidak, dia dibimbing langsung oleh ayahnya. Namun ternyata, Nita lebih banyak belajar secara otodidak. Yakni dari siaran TV. Selanjutnya, orangtua mengarahkan.
“Karena awal belajar tari, ya jaranan tersebut. Selain itu dikarenakan ayah saya mempunyai paguyuban seni jaranan, jadi tidak dapat dipungkiri jika saya lebih aktif di seni tari jaranan,” ujarnya.
Meski jatuh hati dengan jaranan, namun dia tak lantas lupa menjalankan kewajibannya membantu orangtua. Setiap hari, dia membantu ibunya berdagang. Karena itulah, dia juga harus pandai mengatur waktu agar hobi serta skill tetap tersalurkan. Pentas saat malam hari banyak dilakoni. Itu agar pagi sampai siang bisa membantu orangtua, serta melakukan hal lainnya.
“Waktu latian itu fleksibel, tidak ada hari khusus. Mungkin jika ada kreasi baru yang akan dibuat, baru ada jadwal latihan (khusus, Red),” ungkapnya.
Bagi Nita, ketika menari tak boleh asal bergerak. Semua ada urutan serta harus sesuai dengan musik gamelan yang mengiringi. Menari dengan luwes ditambah exsperesi wajah yang pas, ataupun senyuman, maka bisa meningkatkan keindahan tarian. “Lebih mengena di benak penonton, membuat seseorang yang melihat terkesima dengan tarian yang dibawakan,” terangnya.
Wanita berparas cantik itu berpesan kepada pecinta ataupun pelaku seni jaranan, agar terus melestarikan kesenian tersebut. Dengan jaranan, bisa mempererat silaturahmi dan persaudaraan. Dia pun merasa prihatin ketika dala pentas jaranan justru disalahgunakan untuk adu kekuatan fisik. Dampaknya, terjadi tawuran. Kaena itulah Nita mengajak masyarakat ikut peduli dan melestarikan kesenian daerah. (zam/wen)