SITI NURUL LAILIL M/RATU
KREATIF: Novi Hanifah menunjukkan kain shibori kreasinya.
TULUNGAGUNG – Motif kain dengan pewarnaan teknik shibori kian menjadi tren. Hal ini membuat Novi Hanifah semakin semangat untuk menekuninya. Bahkan sekarang merambah ke sejumlah negara, seperti Hongkong dan Taiwan.
Di ruang tamu rumah Novi Hanifah, 43, dipenuhi kain dengan motif dan warna yang begitu unik. Kain tersebut tidak memiliki nama persis, namun biasa disebut dengan kain shibori. Karena, dibuat dengan teknik pewarnaan shibori asal Jepang.
Kain itu semakin menambah nilai dekorasi ruang rumah di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Kelurahan Bago, Kecamatan Tulungagung. Namun, kain ini juga tak kalah indah saat diolah menjadi busana santai hingga semiformal yang elegan. Maka tak heran, peminat kain shibori buatan tangan dingin Novi semakin banyak.
Novi mengatakan, kain shibori ini seolah tak lekang oleh waktu. Indikasinya, motif shibori tetap diburu hingga kini. Menurutnya, karena teknik tersebut membentuk coraknya sedemikian banyak. Begitu juga gradasi warnanya yang kaya, keren, dan eksotis.
“Nah, untuk di Kiran Gallery motifnya setiap busana atau kain berbeda-beda. Jadi kesannya ekslusif,” ucap Pemilik Kiran Gallery ini.
Ibu dua anak itu mengaku jatuh cinta dengan shibori saat pandangan pertama. Tak ayal hingga kini pun dia sering mengeksplorasi kain-kain tersebut. Menurutnya, itu hal menyenangkan karena bisa membuat corak yang unik dan beragam.
“Dari awal hingga saat ini, saya masih sering bereksperimen. Seperti ingin corak ini, itu, karena menyenangkan gitu bisa menciptakannya (shibori, Red),” tuturnya saat ditemui di rumahnya, Rabu (2/2) lalu.
Ketertarikan Novi dimulai 2019 lalu. Dia lantas memanfaatkan waktu luangnya untuk mempelajari teknik tersebut langsung dari masternya asal Jogjakarta. Alhasil, ilmu dasar yang diperoleh dikembangkan di rumah dan mendapat respons positif dari rekan dan kerabat dekat.
“Awalnya untuk kebutuhan fashion saya sendiri. Namun setelah saya posting di medsos, banyak yang tanya. Lantas peluang ini saya manfaatkan sebagai usaha, bahkan kami juga menerima pesanan untuk seragam kantor,” jelasnya.
Selama menekuninya, wanita berhijab ini mengaku tidak mengalami kendala berarti. Hanya saja, dia harus pintar bagi waktunya dengan profesi utamanya, sebagai seorang penyedia jasa konstruksi.
“Kalau lagi longgar dikerjain. Tapi saya ada target yaitu sehari produksi 100 meter. Misal hari ini sibuk, dikerjain besok dengan tambahan target yang kemarin tertunda,” tuturnya.
Selain shibori, Novi mengaku juga mengembangkan teknik pewarnaan ecoprint. Menurutnya, karya keduanya beda dengan lainnya. Terutama pada kualitas hasil maupun kain yang dipakai.
“Bagi saya kualitas nomor satu. Meskipun itu hanya sebuah daster, tapi kualitas baik dari kain, pewarnaan, hingga jahitan itu sangat saya perhatikan. Agar konsumen saya tidak kecewa,” katanya.
Selain itu, agar Kiran Gallery tidak tenggelam dari pasaran karena sangking banyaknya kompetitor. Novi mengaku selalu meng-update tren fashion terkini. Alhasil, peminat shibori maupun ecoprint semakin banyak. Bahkan sudah melalang Nusantara, beberapa kali juga menerima pesanan dari Hongkong dan Taiwan.
“Ecoprint juga lumayan ramai. Karena memang kesannya formal, dengan warna yang natural, kalem, dan motifnya beda dengan lainnya,” terangnya.
Dari kedua teknik pewarnaan tersebut, ecoprint membutuhkan pengerjaan yang cukup lama. Minimal tujuh hari. Karena ada beberapa tahap yang harus dilalui untuk mendapat hasil sempurna. Mulai dari mencuci kain (scooring), mordating, pencetakan, pengukusan hingga fiksasi.
“Untuk motif ecoprint beragam ya. Biasanya saya pakai daun jarak kepyar, daun lanang, jati dan lainnya. Sedangkan warna dasar biasa pakai kayu nangka, secang, dan lainnya” terangnya.
Disinggung pemasaran, anggota UMKM Tulungagung ini memanfaatkan sejumlah platform media sosial (medsos), seperti Instagram dan Facebook. Wanita berusia 43 tahun ini juga memasarkan kain hingga sarung, mukena, kaus, gamis, dan tas tote dalam pembelian eceran dan grosir secara offline melalui butik kecil di rumahnya, serta melalui sejumlah pameran kerajinan tangan (handmade).
“September lalu, kita mengikuti pameran bersama dinas perindustrian dan perdagangan (disperindag) untuk memperkenalkan produk unggulan Tulungagung di Grand City, Surabaya,” tandasnya. (*/c1/din)