Tulungagung – Satu bulan semenjak pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), okupansi hotel Tulungagung mulai merangkak naik. Bahkan menyetuh angka 60 persen, hal itu naik signifikan daripada tahun lalu. Lantaran mulai banyak digelar acara-acara. Room Division Manager Hotel Lojika, Rudi Handoko mengatakan, okupansi setelah PPKM mulai kembali normal. Dulu waktu PPKM okupansi hotelnya berkisar di angka 40 persen, sedangkan Januari ini di angka 60 persen tingkat okupansi. Artinya meningkat daripada Januari tahun 2022 lalu.
“Okupansi dipastikan akan meningkat lagi ketika Hari Raya Idul Fitri nanti. Okupansi kami rata-rata saat hari raya bisa mencapai 70 sampai 80 persen, bahkan hingga 90 persen. Itu biasanya kami hitung dari malam takbir hingga H + 5 Lebaran,” terang Rudi yang ditemui di Hotel Lojika, kemarin (1/2).
Sedangkan untuk peminat hotelnya kebanyakan orang-orang dari pemerintahan dan perusahaan. Mengingat hotel yang berlokasi di Jalan KH Agus Salim ini merupakan hunian bisnis, sehingga didominasi dengan penghuni corporate dan government. Namun berbeda kondisinya ketika hari raya dan musim liburan, Rudi menyatakan, banyak individual traveler. Selain itu, juga keluarga atau orang Tulungagung yang kerja atau domisili di luar kota dan pulang kampung membawa keluarganya.
“Bisa jadi Lebaran tahun ini okupansi kami mulai meningkat daripada tahun lalu. Lantaran tahun lalu, orang-orang masih takut karena pandemi. Berbeda dengan sekarang, banyak orang tidak pikir panjang menginap di hotal,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tulungagung Nur Wakhidun membenarkan, bila okupansi hotel di Tulungagung memang mengalami kenaikan. Namun ketika dibandingkan masa sebelum pandemi, berkisar di angka 60-65 persen. Sedangkan dibandingkan tahun lalu, berkisar 85 persen untuk okupansi. Kenaikan ini terutama untuk hotel bisnis atau yang bisa mengadakan acara ketika momen Natal dan tahun baru ini. Apalagi hotel bisnis pasarnya bagi pemerintahan, perusahaan dan sales yang perlu menginap di tengah kota.
“Kendalanya belum mencapai 100 persen ini karena masih dalam masa pemulisah, meskipun PPKM telah dicabut. Namun kini, dari pertengahan tahun 2022 hingga sekarang, banyak hal seperti kenaikan inflasi dan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) mempengaruhi okupansi,” katanya. Dia berharap di tahun 2023 ini, meskipun banyak yang mengatakan bila akan ada resesi di tahun ini, semoga tidak terjadi di Tulungagung. Nantinya dengan berbagai momen yang ada, khususnya di Tulungagung. Apalagi sebentar lagi juga ada hari raya, dimungkinkan menambah tingkat okupansi hotel.(jar/din)