KABUPATEN BLITAR – Imbas penutupan pasar hewan membuat sebagian peternak dan pedagang di Bumi Penataran jengkel. Bahkan saat pasar sedang sterilisasi, mereka nekat berjualan di pintu masuk Pasar Hewan Terpadu (PHT) Wlingi, kemarin (28/6) sejak pukul 08.00 WIB. Jumlahnya pun tidak sedikit.
Penjual ternak asal Kecamatan Selopuro, Sahut mengaku, aksi buka lapak di pintu masuk PHT Wlingi sudah dilakukan sejak Sabtu (25/6) lalu. Sebab, dirinya bersama penjual lainnya tak memiliki lahan untuk berjualan. Di halaman itu, para peternak menjajarkan ternak yakni kambing dan domba.
“Ingin tetap jualan, tapi tidak punya tempat lain. Ada lapangan di sekitar sini, tapi punya desa. Teman-teman inisiatif buka lapak di depan pasar,” ujarnya.
Pantauan di lokasi, para penjual ternak mulai memadati pintu masuk pasar sejak pukul 06.00 WIB. Membawa kambing dan domba, mereka berbondong-bondong mengisi setiap area kosong untuk berdagang. Transaksi jual beli pun dimulai ketika pembeli menawar sejumlah ternak untuk persiapan Idul Adha.
Sementara itu, di ujung penjual ternak, tampak palang pintu masih melintang. Bukan tanpa sebab, itu lantaran pasar masih dalam tahap sterilisasi antisipasi wabah penyakit mulut dan kaki (PMK). Penutupan itu diperpanjang mulai 25 Juni hingga 1 Juli mendatang. Para peternak mengaku resah lantaran omzet penjualan turun drastis.
“Penutupan pasar ini bikin resah. Penjualan hewan ternak juga terasa semakin sulit. Kalau penurunan sekitar 30 persen dibanding sebelum penutupan dan PMK,” imbuhnya.
Sahut melanjutkan, aksi berjualan di depan pasar hewan itu akan terus dilakukan hingga pasar kembali dibuka. Sebab, jika pindah berdagang di tempat lain, dipastikan pembeli tidak tahu lokasinya. Karena itu, mereka lebih memilih berjualan di depan pasar itu. Mereka berharap, mendekati momen Idul Adha, pasar hewan di Bumi Penataran segera dibuka.
“Harapannya ingin dibuka untuk kambing. Biar mempermudah penjualan ternak ini menjelang Idul Adha,” imbuhnya.
Sebelumnya, diketahui sebanyak 16 pasar hewan di Kabupaten Blitar ditutup sementara. Pasar disterilisasi untuk menekan laju pertambahan kasus suspek maupun positif PMK pada hewan ternak. Sebab, penyakit ini memiliki tingkat penularan cukup tinggi. Awalnya, pasar hewan sudah ditutup pada 15-24 Juni lalu. Lantaran suspek PMK per hari mencapai 150 kasus, maka penutupan pasar diperpanjang.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Blitar Toha Mashuri mengatakan, penutupan pasar itu menjadi solusi terbaik untuk mengurangi dampak sebaran PMK. Toha juga meminta para peternak tetap bersabar. Meski pasar ditutup, menurutnya, penjual tetap bisa menawarkan hewan ternak di tetangga.
“Pasar yang ditutup mungkin menyulitkan masyarakat untuk menjual dan mendapat hewan kurban. Penutupan ini juga sebagai langkah menekan kasus PMK,” tandasnya. (mg2/c1/wen)