TULUNGAGUNG – Ribuan kilogram (kg) minyak goreng (migor) curah dari perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) didistribusikan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Tulungagung, kemarin (7/4). Langkah tersebut untuk mengatasi terjadinya kelangkaan bahan pokok migor di pasaran Tulungagung.
Kepala Disperindag Tulungagung, Tri Hariadi mengatakan, kegiatan pendistribusian migor curah merupakan kali kedua pelaksanaan operasi pasar bagi pedagang pasar di Tulungagung. Operasi pasar ini bekerja sama dengan perusahaan BUMN PT RNI Surabaya dan mendatangkan 8.000 kg atau 8 ton migor curah.
Menurut dia, migor curah tersebut diperuntukkan bagi para pedagang di setiap pasar di kabupaten ini. “Untuk mencegah kerumunan, kita berkoordinasi dengan masing-masing kordinator pasar di Kabupaten Tulungagung. Setidaknya ada sekitar 32 pasar di Tulungagung yang hadir dan mengambil jatah migor hanya dari masing-masing koordinator pasar,” jelasnya Kamis, (7/4).
Lanjut dia, pelayanan distribusi migor telah disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasar. Data penyesuaian kebutuhan migor tersebut sesuai dengan jumlah data yang telah disetorkan masing-masing koordinator pasar. Setelah mendapatkan migor curah subsidi tersebut, pedagang diharuskan menjual migor curah sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. “Pedagang belinya seharga Rp 14.389 per kg dan menjualnya harus sesuai dengan HET, yakni Rp 15.500 per kg. Jika masih ada pedagang yang menjual migor subsidi di atas ketentuan HET akan kami tindak lanjuti,” paparnya.
Dia mengaku, beberapa minggu terakhir, keberadaan migor curah di pasaran Tulungagung memang terjadi kelangkaan. Dengan adanya pendistribusian migor curah subsidi tersebut, harapannya kebutuhan konsumen terhadap migor di pasaran Tulungagung dapat terpenuhi. Jika dengan pendistribusian migor curah kali ini masih didapati kelangkaan di pasaran, ke depannya akan mengupayakan pengadaan distribusi migor curah kembali. “Kita evaluasi dulu, apakah dengan distribusi migor curah subsidi ini dapat meng-cover kebutuhan di pasaran atau tidak. Jika masih belum cukup, akan kita adakan pendistribusian migor lagi,” ungkapnya.
Disinggung terkait bagaimana pengawasan penjualan migor curah subsidi tersebut, dia mengungkapkan akan melakukan pengawasan melalui masing-masing koordinator pasar. Jika ada penjulan migor subsidi di atas HET, nantinya masing-masing koordinator pasar akan menyampaikan temuannya kepada kepala pasar. Dari laporan kepala pasar tersebut, nantinya penjual migor curah subsidi akan diberikan teguran hingga melarangnya untuk berjualan migor subsidi kembali. “Kalau untuk sanksi, kini masih belum ada. Namun yang jelas, mereka (pedagang migor curah subsidi) yang menjual migor curah subsidi di atas HET, bisa kami blacklist dari distributor agar tidak menyuplai migor subsidi kepada pedagang tersebut,” tandasnya.
Sementara itu, Koordinator Pedagang Pasar Tamanan, Supriadi mengatakan, kini kondisi migor sangat sulit untuk ditemukan. Bahkan, dia sempat selama 5 hari tidak mendapatkan suplai migor dari langganannya. Hal itu dikarenakan antrean panjang untuk mendapatkan migor curah tersebut.
Dia mengaku pernah coba mengantre untuk mendapatkan migor curah, hingga berujung antre selama 6 jam hanya untuk mendapatkan 36 kg migor curah atau setara dengan 2 jeriken. “Itu antrenya dari pukul 14.00-20.00 WIB. Jadi waktu saya cuma habis untuk mengantre, padahal jam-jam tersebut merupakan jam-jam menunggu di pasar,” ucapnya.
Lanjut dia, kali ini mendapatkan jatah migor curah subsidi sebanyak 90 kg. Migor tersebut nantinya akan dibagikan kepada pedagang, termasuk pedagang yang tidak memiliki NPWP. Pihaknya juga berencana untuk menjual migor curah subsidi tersebut sesuai dengan HET, yakni tak lebih dari Rp 15.500 per kg. Stok migor curah subsidi tersebut akan habis hanya dalam waktu 2 hari. “Permintaan masyarakat akan kebutuhan migor itu masih tinggi, apalagi sulit untuk mendapatkan migor curah. Sekalinya ada, pasti akan cepat habis,” pungkasnya. (mg2/c1/din)