KOTA BLITAR – Mimpi untuk memiliki Museum PETA mendekati kenyataan. Itu setelah adanya kejelasan rencana pembangunan museum sejarah tersebut. Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar memastikan perencanaan, konsep, hingga kebutuhan anggaran pembangunan museum sudah matang. Tahap berikutnya adalah eksekusi pembangunannya.
”Kami rencanakan September ini dimulai. Dari segi perencanaan hingga anggaran sudah siap,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Blitar Edy Wasono, kemarin (31/8).
Sebelumnya, lanjut dia, pemkot telah mendapat bantuan alat tempur dari Tentara Nasional Indonesia (TNI). Alat tempur itu berupa tank serta meriam. “Sedangkan yang akan datang berikutnya adalah pesawat tempur dari Lanud Abdurahman Saleh. Kami akan mempersiapkan tempat parkirnya di sebelah Monumen PETA,” ujarnya.
Pembangunan tempat parkir itu bukan untuk persiapan perang. Namun berkaitan dengan pembangunan Museum PETA. Guna pembangunan museum PETA, pemkot sudah menghitung kebutuhan anggarannya. Rencananya, anggaran pembangunan didapat dari bantuan dana program cooperate social responsibility (CSR). Namun, pemkot belum berani memastikan dana tersebut segera cair atau tidak.
Apabila tidak segera cair, maka opsi lainnya adalah menggunakan dana dari APBD. Besarannya mencapai sekitar Rp 200 juta. Itu pun belum mencangkup kebutuhan pembangunan yang lain. Kemungkinan hanya untuk pembangunan tempat parkir pesawat tempur.
Keberadaan Museum PETA nantinya bisa menambah objek wisata sejarah di Kota Blitar. Di samping Makam Bung Karno (MBK) dan Istana Gebang yang sudah lebih dulu menjadi destinasi wisata ikonik di Kota Blitar. “Ini sesuai dengan misi Pak Wali Kota ingin menjadikan Kota Blitar sebagai kota heritage atau heritage city,” terang pria ramah itu.
Di samping mengembangkan Museum PETA, pemkot juga akan menambah objek wisata baru berupa diorama tentang kehidupan Bung Karno. Diorama itu bakal ditempatkan di kompleks Istana Gebang. Diorama itu diharapkan mampu menambah daya tarik bagi wisatawan. (sub/c1/wen)